Assalamu’alaikum..
Heeyy my lovely readers :*
Kali ini aku mau posting cerita
lagii yeeay!!
Bukan dalam bentuk cerpen,
melainkan cerbung.
Baru pertama kali sih buat cerbung,
sempat nggak yakin bisa atau nggak nyari ide buat kelanjutannya. Tapii nggapapa
lah yaa, yang penting posting prolognya dulu.
Cerita ini
terinspirasi dari hatimu pengalaman seseorang. Lebih tepatnya dari
cerita-cerita beliau yang aku dengar. Tapi bukan berarti ini kisah nyata. Karena
sebagian latarnya udah aku revisi dengan sedikit perubahan entah itu di latar
tempat, suasana, maupun waktu.
Cerita ini juga
menggunakan alur flashback, yang mana tokoh utama di cerita ini lebih banyak
menceritakan pengalaman-pengalaman orang lain disekelilingnya. Dan tokoh
utamanya juga terisnpirasi dari novel-novel yang pernah aku baca. Dimana sang
tokoh berasal dari keluarga yang sederhana, namun memiliki jiwa yang tangguh.
So, untuk lebih jelasnya langsung
saja dibacaa..
Happy Reading :)
Berteman dengan Hujan
Karya: Nur’aisyah Risca Wanti
Malam
ini, diruangan persegi serba coklat dengan dinding kayu yang sedikit rapuh,
ditemani irama indah dari rintikan hujan. Yaa, selalu begitu jiwanya. Memandang
hujan dengan makna kebahagiaan, baginya hujan begitu menginspirasi dan membuat
jiwa tenang. Tak peduli bagaimana orang-orang diluar sana menilai hujan dari
sudut pandang yang berbeda.
Dialah
gadis remaja yang sederhana, duduk beralaskan tempat tidur yang tak empuk,
hanya kasur tipis tanpa alas yang sudah mulai usang. Diatas pangkuannya
terdapat sebuah buku yang berisikan kisah, cerita, dan apa saja yang menurutnya
patut untuk bercerita dengan buku dan alat tulis yang setia padanya.
Tetapi,
bukan hujan yang ingin diceritakannya, bukan pula keadaan yang menggambarkan
pahitnya kehidupan yang ia alami. Melainkan perkataan seorang wanita paruh
baya, yang tadi siang bercerita penuh haru, di halte, menatap kosong kearah kendaraan
yang berlalu lalang. Dan kini justru berbekas dibenak sang gadis remaja, ia mulai
menulis. Cerita itu mengalir begitu saja, sejalan dengan ingatannya yang saat
itu mengingat wajah letih dari wanita paruh baya, namun terlukis semangat dari
binar matanya, dengan bibir yang sedikit pucat, dan nada bicara yang agak
tercekat.
Semua
bermula ketika wanita itu menginjakkan kaki dibangku sekolah menengah. Dirinya terkulai
diantara puluhan siswa dan seorang guru dalam suatu kelas. Ia tak ingat persis
bagaimana kondisinya saat itu, rasanya sungguh aneh, mata yang buram tiba-tiba,
tubuh gemetar, tenaga seolah terkuras, namun semua itu seketika hilang, ditelan
kegelapan disaat semua penghuni kelas mengerubunginya. Ia tak kuasa. Pingsan.
Kisah itu seolah berlalu begitu
cepat...
Hari-hari berikutnya berganti
begitu saja, tanpa apa ada yang bisa menghentikan.
Bahkan,
semua kehidupannya berubah, seolah takdir tak lagi sama. Orang-orang mulai
menjauhinya, kebebasan tak lagi ada. Mulai sering absen di Sekolah, Rumah sakit
lebih patut disebut rumah kedua, pantang dan larang menjadi biasa.
Semua itu terjadi hanya karena satu
alasan. Yah, alasan yang disampaikan Dokter yang menanganinya. Bahwa. Penyakit
itu. Mematikan! Hanya itu, tidak lebih...
Gadis
remaja yang duduk beralaskan kasur lusuh itu menghentikan aktivitas menulisnya.
Bersamaan mulai berhentinya tetes demi tetes hujan diatap rumah yang mulai
berkarat. Ada banyak hal yang sebenarnya ingin ia tuliskan. Namun jam dinding
dan kesunyian malam seolah memerintahkannya berhenti saat itu juga, untuk
istirahat, dan siap menyambut hari esok. Satu harapannya “bertemu wanita itu
lagi”
BERSAMBUNG....
Bagaimana?? Panjang banget kan
hahah :p
Sekian prolog dari “Berteman dengan
Hujan”
Jangan tanya kapan kelanjutannya
yaa wkwk
Karena aku pun tak tau kapan
dilanjut -__-
Jika terdapat kesalahan dalam
penulisan, maupun penggunaan bahasa, mohon maaf dan harap dimaklumi. Masih belajaarrr
J
Silahkan berkomentar sesuka
hatiiii, komentarmu adalah perbaikan karyaku
Wassalam..
Malam ini, diruangan persegi serba coklat
BalasHapusKok si coklatnya g diajak maen?
bukannya si coklat cuma ada di blognya bg niki ya? :D
Hapuskalo disini hanya sebatas deskripsi ruangan wkwk
Bagus, Ris. nunggu sambunganya.
BalasHapuskalo baca postingan kek gini, menikmati ceritanya.
alhamdulillah, terima kasih sudah membaca:))
HapusPinter bikin cerita. Nanti kalo punya anak bisa didongengin sebelum tidur :D
BalasHapusaih, bisa jadi :D :D
Hapusbtw, thankyou so much
HapusYaaa... Belum juga puas menikmati ceritanya udah bersambung aja.. jadi penasaran gimana kelanjutannya.. apalagi wanita itu...
BalasHapushehee, inshaallah bentar lagi dilanjut yaa kak :)
Hapusterimakasih sudah mau membaca:))
Itu mah masih pendek, Ka. Part selanjutnya harus lebih panjang dari ini ya:))
BalasHapusAda banyak typo, Ka. Mematikan jadi mematian. Heheu
Aku masih belum bisa bikin cerpen nih huhu :(
hihii iyaa kak ges, buatnya disempet-sempetin jadi yaa gitu seberapa siap :D :D
Hapushuaah.. makasii koreksinyaa :*
yuuk.. sama-sama belajar, pasti bisaa kak \(^_^)/