Kamis, 08 September 2016

PROLOG//Berteman dengan Hujan

Assalamu’alaikum..

Heeyy my lovely readers :*
Kali ini aku mau posting cerita lagii yeeay!!

Bukan dalam bentuk cerpen, melainkan cerbung.
Baru pertama kali sih buat cerbung, sempat nggak yakin bisa atau nggak nyari ide buat kelanjutannya. Tapii nggapapa lah yaa, yang penting posting prolognya dulu.

Cerita ini terinspirasi dari hatimu pengalaman seseorang. Lebih tepatnya dari cerita-cerita beliau yang aku dengar. Tapi bukan berarti ini kisah nyata. Karena sebagian latarnya udah aku revisi dengan sedikit perubahan entah itu di latar tempat, suasana, maupun waktu.
Cerita ini juga menggunakan alur flashback, yang mana tokoh utama di cerita ini lebih banyak menceritakan pengalaman-pengalaman orang lain disekelilingnya. Dan tokoh utamanya juga terisnpirasi dari novel-novel yang pernah aku baca. Dimana sang tokoh berasal dari keluarga yang sederhana, namun memiliki jiwa yang tangguh.
So, untuk lebih jelasnya langsung saja dibacaa..
Happy Reading :)




Berteman dengan Hujan
Karya: Nur’aisyah Risca Wanti

            Malam ini, diruangan persegi serba coklat dengan dinding kayu yang sedikit rapuh, ditemani irama indah dari rintikan hujan. Yaa, selalu begitu jiwanya. Memandang hujan dengan makna kebahagiaan, baginya hujan begitu menginspirasi dan membuat jiwa tenang. Tak peduli bagaimana orang-orang diluar sana menilai hujan dari sudut pandang yang berbeda.


            Dialah gadis remaja yang sederhana, duduk beralaskan tempat tidur yang tak empuk, hanya kasur tipis tanpa alas yang sudah mulai usang. Diatas pangkuannya terdapat sebuah buku yang berisikan kisah, cerita, dan apa saja yang menurutnya patut untuk bercerita dengan buku dan alat tulis yang setia padanya.

            Tetapi, bukan hujan yang ingin diceritakannya, bukan pula keadaan yang menggambarkan pahitnya kehidupan yang ia alami. Melainkan perkataan seorang wanita paruh baya, yang tadi siang bercerita penuh haru, di halte, menatap kosong kearah kendaraan yang berlalu lalang. Dan kini justru berbekas dibenak sang gadis remaja, ia mulai menulis. Cerita itu mengalir begitu saja, sejalan dengan ingatannya yang saat itu mengingat wajah letih dari wanita paruh baya, namun terlukis semangat dari binar matanya, dengan bibir yang sedikit pucat, dan nada bicara yang agak tercekat.

            Semua bermula ketika wanita itu menginjakkan kaki dibangku sekolah menengah. Dirinya terkulai diantara puluhan siswa dan seorang guru dalam suatu kelas. Ia tak ingat persis bagaimana kondisinya saat itu, rasanya sungguh aneh, mata yang buram tiba-tiba, tubuh gemetar, tenaga seolah terkuras, namun semua itu seketika hilang, ditelan kegelapan disaat semua penghuni kelas mengerubunginya. Ia tak kuasa. Pingsan.
Kisah itu seolah berlalu begitu cepat...
Hari-hari berikutnya berganti begitu saja, tanpa apa ada yang bisa menghentikan.

            Bahkan, semua kehidupannya berubah, seolah takdir tak lagi sama. Orang-orang mulai menjauhinya, kebebasan tak lagi ada. Mulai sering absen di Sekolah, Rumah sakit lebih patut disebut rumah kedua, pantang dan larang menjadi biasa.
Semua itu terjadi hanya karena satu alasan. Yah, alasan yang disampaikan Dokter yang menanganinya. Bahwa. Penyakit itu. Mematikan! Hanya itu, tidak lebih...

            Gadis remaja yang duduk beralaskan kasur lusuh itu menghentikan aktivitas menulisnya. Bersamaan mulai berhentinya tetes demi tetes hujan diatap rumah yang mulai berkarat. Ada banyak hal yang sebenarnya ingin ia tuliskan. Namun jam dinding dan kesunyian malam seolah memerintahkannya berhenti saat itu juga, untuk istirahat, dan siap menyambut hari esok. Satu harapannya “bertemu wanita itu lagi”

                                                BERSAMBUNG....

Bagaimana?? Panjang banget kan hahah :p
Sekian prolog dari “Berteman dengan Hujan”
Jangan tanya kapan kelanjutannya yaa wkwk
Karena aku pun tak tau kapan dilanjut -__-

Jika terdapat kesalahan dalam penulisan, maupun penggunaan bahasa, mohon maaf dan harap dimaklumi. Masih belajaarrr J

Silahkan berkomentar sesuka hatiiii, komentarmu adalah perbaikan karyaku

Wassalam..

11 komentar:

  1. Malam ini, diruangan persegi serba coklat
    Kok si coklatnya g diajak maen?

    BalasHapus
    Balasan
    1. bukannya si coklat cuma ada di blognya bg niki ya? :D
      kalo disini hanya sebatas deskripsi ruangan wkwk

      Hapus
  2. Bagus, Ris. nunggu sambunganya.
    kalo baca postingan kek gini, menikmati ceritanya.

    BalasHapus
  3. Pinter bikin cerita. Nanti kalo punya anak bisa didongengin sebelum tidur :D

    BalasHapus
  4. Yaaa... Belum juga puas menikmati ceritanya udah bersambung aja.. jadi penasaran gimana kelanjutannya.. apalagi wanita itu...

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehee, inshaallah bentar lagi dilanjut yaa kak :)
      terimakasih sudah mau membaca:))

      Hapus
  5. Itu mah masih pendek, Ka. Part selanjutnya harus lebih panjang dari ini ya:))

    Ada banyak typo, Ka. Mematikan jadi mematian. Heheu

    Aku masih belum bisa bikin cerpen nih huhu :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. hihii iyaa kak ges, buatnya disempet-sempetin jadi yaa gitu seberapa siap :D :D

      huaah.. makasii koreksinyaa :*

      yuuk.. sama-sama belajar, pasti bisaa kak \(^_^)/

      Hapus

:)