Nuansa &
Teduh
Halo, namaku Teduh. Nama yang unik
bukan? Ibuku bilang, nama itu secara tidak langsung muncul dibenak ibu saat aku
terlahir kedunia ini, tujuh belas tahun yang lalu. Mataku menatap ibu begitu
teduh, makanya ibu dan ayah sepakat untuk menamaiku Teduh Putri Irawan. Tidak
perlu kujelaskan mungkin kalian sudah paham, nama belakangku berasal dari nama
Ayah. Lagipula sudah umum bagi orangtua menyelipkan nama mereka pada nama
anak-anaknya. Sudahlah mungkin cukup untuk membahas namaku saat ini, karena
yang lebih penting adalah bagaimana aku berangkat sekolah!
Nol Tujuh Titik Nol Lima. “Ah sial!”
Gerutuku setelah melirik jam dilayar Smartphone. Mengapa bisa-bisanya si Angsa
telat menjemputku kali ini. Sudah tau jam pertama adalah mata pelajaran Bu
Betty, habislah aku. Si Angsa, lebih tepatnya Nuansa, dia adalah temanku sejak
aku masih memakai singlet kalau keluar rumah, sampai sekarang saat aku sudah
sedikit bergaya anggun dan diam-diam sering mencoba berbagai alat Make-Up Ibu.
Akan tetapi aku lebih suka memanggilnya Angsa, tidak tahu kenapa. “Lebih
simple!” jawabku jika ditanya.
“hoi! Lo nggak
mau sekolah? Malah melamun”
“enak aja! Siapa
juga yang ngelamun. Gue lagi mikirin gimana caranya ngehukum elo. Karena udah
telat banget jemputnya, gue nggak mau yaa kalau sampai dihukum Bu Betty.”
Huh, udah nongol
aja ternyata ini manusia. Sebenarnya memang aku sempat ngelamun sih tadi.
Habisnya, dia lama pakai banget. Untung sayang! Eh, maksudnya sahabat. Hehe.
“tenang aja,
paling Bu Betty bilang gini DENGAN KEKUTAN BULAN, AKU AKAN MENGHUKUM MU”
“ha-ha-ha lucu!
Durhaka lo, nyamain bu Betty dengan Sailormoon, udah ah buruan. Entar lagi udah
mau masuk.” Umpatku dan langsung naik ke motor yang katanya “kesayangan” dia
ini. Entahlah aku pun tak tahu seberapa sayangnya dia pada motor pemberian
orangtuanya saat merayakan ulang tahun yang ke tujuh belas beberapa bulan yang
lalu. Aku masih ingat, sanking senangnya sampai-sampai dia ngajak aku
jalan-jalan tiap sore selama seminggu. Dan seperti sekarang dia melarangku
diantar ayah, supaya dia saja yang antar-jemput. Orangtuaku sih tidak
mempermasalahkan hal ini. Karena kami sudah seperti saudara, mengenal sejak
kecil, sudah tahu kekurangan dan kelebihan masing-masing. Haha. Tapi tetap
saja, kami harus mengenal batas-batasan dalam pergaulan remaja.
Berbicara
tentang Nuansa, dia itu agak lebay memang. Tapi begitulah Nuansa, dengan segala
ke-unikannya. Cowok yang menyebalkan, humoris, dan kuakui dia sangat tampan.
Makanya aku suka! Eh tapi diam-diam sajalah.