Sabtu, 21 November 2015

CERPEN//Rahasia&rahasia


Rahasia dan rahasia
Karya: nur’aisyah risca.w
Pagi ini, suara riuh, canda, dan gelak-tawa, terdengar memenuhi setiap sudut sekolah yang terbilang populer tersebut. Sebut saja namanya SMA UNGGUL HARAPAN BANGSA. Lumayan panjang, yaa begitulah adanya.
Tak jauh dari lapangan basket, tepatnya dibawah pohon yang terdapat sebuah meja kecil dilengkapi 3 kursi yang tersusun rapi, tempat duduk yang sengaja dibuat untuk siswa-siswi yang beristirahat atau sekedar membaca dibawah pohon nan rindang tersebut. Yang kini ditempati oleh dua orang siswi. Dari gerak-geriknya sepertinya mereka sangat akrab, bisa dibilang sahabat. Mungkin. 
“eh, Aisyah. Kamu udah baca cerita-cerita di blog yang berinisialkan NARW itu belum? Keren banget loh, isinya menyentuh semua, dan bahasannya selalu berkaitan dengan kaidah-kaidah dalam beragama. Rugi deh kalau nggak baca, serius!” ujar seorang gadis yang berambut hitam lebat serta diikat rapi kepada lawan bicaranya disela-sela kegiatan mereka.
“hmm. Ooh iya aku tahu. Belum sempet baca sih, maklum akhir-akhir ini aku lagi giat-giatnya bahas soal UN nih. Kamu kan tahu, bentar lagi kita ujian” jawab gadis yang mengenakan jilbab putih itu dengan suara lembutnya.
“duh, iyaa deh. Aku lupa kalau sahabatku yang satu ini nggak mungkin rela jika posisinya sebagai juara umum akan tergantikan oleh orang lain,hahaa”
“ah, kamu mah gitu. Bukan karena itu Ty, aku hanya ingin membuktikan pada ibu, bahwa beliau ngga sia-sia menjaga, merawat dan menyekolahkanku selama ini. Yaa hanya dengan ini cara yang ku bisa” sahut gadis yang bernama Aisyah menanggapi candaan sahabatnya, Risty.
“hihii.. iyaa cabaat. Kamu memang the best. Kapan ya?aku bisa kaya kamu? Biar ibuku ngga terus-terusan bandingin aku sama kamu. Untung ngebandinginnya dengan kamu, kalau orang lain, udah ku marahin deh itu orang. Pakai pelet apa sampai-sampai ibuku lebih berpihak kepada anak orang lain. Kzl, huaaa :( “ kata Risty seolah benar-benar kesal seraya memeluk sahabatnya itu.
“hahaa.. apaan deh kamu, aku hanya orang biasa kok. Kenapa harus jadi orang lain? Jadi diri sendiri kan lebih baik Ty, sebaiknya kamu harus banyak-banyak baca dari blog NARW itu deh, setahu ku disana juga ada pembahasan mengenai motivasi gitu. Ya kan?” aisyah membalas pelukan risty dengan sedikit nasehat kepada sahabatnya.  Memang begitulah keseharian mereka, selalu bersama, saling berbagi, menasehati, dan memberi. Tak jarang banyak pasang mata, yang iri dan ingin bersahabat seperti mereka.
“ini yang aku suka dari kamu. Nasehatmu itu loh, selalu bisa membuatku ingin melakukannya. Doa’in aku yaa Syah? Agar segera berhijab seperti kamu, dan seperti permintaan ibuku”
“tentu, Allah akan memudahkan jalan orang-orang yang mau berbuat kebaikan. Seperti sahabat ku iniii”
Begitulah kira-kira percakapan mereka hingga bel masuk berbunyi, Risty yang kebetulan kelasnya agak jauh dari tempat mereka berjalan duluan. Aisyah yang mengikuti langkah Risty dari belakang hanya tersenyum melihat sahabatnya itu, entah apa arti senyum yang ia lukiskan, yang jelas hatinya penuh harapan.
***
Malam harinya,
Disebuah rumah sederhana, namun sangat bersih, rapi dan indah. Dari luar, terlihat hanya satu ruangan yang masih terang, mungkin penghuninya sudah mulai terlelap. Ruangan itu merupakan kamar seorang gadis yang kelihatan sibuk dengan laptop yang berada dipangkuannya. Laptop yang sangat berharga baginya, bagaimana tidak, benda kecil yang multifungsi itu ia dapatkan atas hasil prestasinya sendiri mengikuti ajang seni Al-qur’an antar kota. Jenius memang. Dan sangat pantas baginya untuk mendapatkan itu, melihat semangat belajar dan ketaatannya beribadah serta tingkah lakunya yang dikenal baik oleh semua orang yang mengenalnya. Aisyah.
Tak lama, ponselnya bordering menandakan pesan masuk dari seseorang. Melihat nama yang tertera dilayar ponselnya, sesegera mungkin ia membaca pesan tersebut.
From: Risty
Malaaam cabatku.. aku ada kabar bagus nih, kamu pasti senang dengarnya. Aku udah hapal beberapa surat-surat pendek loh.hahaaa Kamu tahu tidak, aku belajar dari blog NARW. Aku bersyukur, masih ada media untuk belajar mendalami ilmu agama dengan cara mudah yang tidak membosankan seperti kita menghapal disekolah. Bikin pusiiing. Ehmm, sebenarnya aku mau berterima kasih, karna kamu yang selalu memotivasiku untuk selalu berusaha menjadi lebih baik.
Good night Aisyah :)
“hahh, Alhamdulillah ya allah” kelegaan muncul di hati Aisyah, ia bangga pada sahabatnya ini. Meski ia tahu bahwa Risty bukanlah sosok yang dengan mudahnya bisa dibujuk untuk menghapal. Bahkan risty rela izin berjam-jam ditoilet untuk menghindari hapalan dari guru yang mengajar dikelas. Tapi, entah kenapa jika Aisyah yang meminta ia selalu berusaha untuk melakukannya.
To: Risty
Uwaa.. Alhamdulillah. Kamu hebat Ty. Ngga Cuma senang, aku juga bangga sama kamu. Jangan cepat puas yaa. Terus belajar. Jangankan surat-surat pendek. 30 juz pun kamu bisa hapal jika rajin seperti ini.
Hmm, kayaknya kalau Cuma terima kasih, ngga cukup deh. Traktir mie ayam di kantin boleh kaliii hehe
From: Risty
Amiiin..
Wees, untuk sahabatku apa sih yang enggak. Jangankan di kantin, di café pun jadii.hahaa Bon dulu tapi :v
Dan percakapan mereka via sms pun berlanjut, hingga Aisyah merasakan sesuatu yang tidak enak pada dirinya, lalu memutuskan untuk tidur.
Kini, semua lampu dirumah sederhana itu telah redup. Sang empunya telah berlabuh dalam mimpi.
***
Keesokan harinyaa..
Aisyah dan Risty terlihat tengah duduk dikantin dekat jendela yang berhadapan langsung dengan halaman sekolah bagian taman. Tempat yang sangat nyaman untuk menyantap makanan, jika berhadapan langsung dengan alam. Tentunya ini dalam rangka menepati janji Risty untuk mentraktir Aisyah. Saat ini mereka berbincang-bincang sambil menunggu pesanan mereka.
“kamu serius? Waah aku dukung banget kalau gitu” seru Risty disela obrolan mereka.
“seribu rius malah, aku kepengin banget bisa menjalani tugas mulia itu nantinya. Menyembuhkan penderita kanker itu, terutama mereka yang masih anak-anak.” Terdapat kesungguhan yang begitu besar dibalik mata Aisyah.
“aku yakin kamu bisa. Allah akan memudahkan jalan orang-orang yang mau berbuat kebaikan” sahut Risty
“eh, itu kan kata-kata kuuu. Wah, kamu copas yaa,hahaa”
“hehee, tak ape lah tuu”
Tanpa sadar menu yang mereka pesan sudah tersedia dihadapan keduanya. Tentu saja mereka tak akan membiarkan begitu saja. Mereka tampak lahap menikmati mie ayam buatan ibu kantin.
“ohya, aku baru ingat. Nggak jauh dari sekolah kita kan ada rumah bakti Syah. Tempat semacam sekolah untuk penderita kanker gitu. Kenapa nggak kita coba kesana aja, yaa hitung-hitung pengenalan sebelum kamu benar-benar berhadapan dengan pasien seperti itu nantinya” usul Risty sambil sesekali melanjutkan suapannya.
“nggak usah deh Ty, kamu kan tahu kalau aku nggak tegaan lihat yang begituan” aneh memang, Aisyah terlihat keberatan atas usul Risty. Bukankah ia yang ingin jadi dokter untuk menyembuhkan penderita kanker.?
“lah kok gitu? Katanya mau dokter. Ayolaah, mana Aisyah yang semangat ituu??” Tanya Risty heran.
“yaudah deh, tapi janji yaa, kalau aku udah nggak nyaman kita segera pulang yaa”
“iyaa, dasar calon dokter aneh”
“ngga tuh, biasa aja”
“aneh”
“enggak”
“aneh”
“enggak”
“a—“
“hey, kalian bisa diam tidak? Ganggu aja”teriak seorang siswa yang berada tak jauh dari meja tempat Aisyah dan Risty makan.
“yee, biasa aja keleeuss. Genduut” balas Risty tak terima ditegur dengan cara seperti itu.
“……”
“sudaah, kamu juga sih, aneh-aneh aja. Jadi kebangun tuh singa yang lagi bobo cantik.hahaa” kata Aisyah dengan sedikit bercanda.
“hahaa benaar!” tawa keduanya tanpa memperdulikan orang yang disebut ‘gendut’ tadi.
***
Sesuai rencananya, sore ini Risty membawa aisyah ke rumah bakti. Setelah disambut hangat oleh pengurus disana, mereka mulai melihat-lihat setiap sudut ruangan yang dipenuhi anak-anak tentunya yang menderita penyakit mematikan tersebut. Dan ada beberapa pengurus serta orang tua yang siap siaga mengawasi putra putri mereka.
Berbanding terbalik dengan pikirannya sebelum sampai kerumah bakti, justru sekarang aisyah begitu menikmati kunjungannya ke rumah bakti. Ia sangat kagum dengan anak-anak yang masih polos itu, tak gurat kesedihan maupun kesakitan yang tampak dalam diri mereka. Aisyah justru malu pada dirinya sendiri.
Waktu memang akan terasa cepat berlalu jika dilalui dengan kebahagiaan, apalagi melakukan hal-hal yang positif dengan ditemani sahabat.
Seperti saat ini, aisyah maupun risty telah berada di kamar mereka masing-masing, tentunya dalam singgahsana yang berbeda pula.
To: Risty
Semlikuuuuum.. cabaaatt
Terima kasih yaa untuk hari ini, udah ngajak aku ke rumah bakti itu, aku benar-benar terkesan disana.
Good night :)
Wassalam
Begitulah kira-kira pesan singkat yang aisyah kirimkan untuk risty yang kemungkinan sudah terlelap. Sebab hampir 30 menit pesan terkirim, belum ada balasan darinya.
Karena belum mengantuk, aisyah mencoba menulis isi hatinya dilembaran kertas yang ditujukan entah untuk siapa. Berharap nanti kantuknya datang.
Entah mengapa mata aisyah sulit terpejam, ia melangkahkan kaki menuju dapur untuk sekedar mengambil minum, kerongkongannya terasa kering. Saat melewati kamar ibunya, aisyah melihat pintu kamar masih terbuka “mungkin ibu lupa ngunci pintu” pikirnya. Saat ia menutupnya, aisyah melihat sebentar kearah sang ibu. Wajah damainya ditengah cahaya lampu kamar yang minim membuat air mata aisyah jatuh begitu saja. Rasa kasihan melintas begitu saja, mengingat ibunya seorang single parent yang telah merawat aisyah sedari kecil setelah ditinggal suaminya sebulan sebelum aisyah terlahir ke dunia. Namun wanita hebat itu tak pernah memperlihatkan kelehan dan kesedihannya sedikitpun. Itulah yang membuat aisyah begitu bangga dan menghargai sosok ibunya, kelak ia ingin mejadi sosok seperti itu. Baginya ibu adalah berlian yang tak ternilai harganya. Yang harus ia jaga dan ia rawat. Perlahan, aisyah melangkah kedalam dan mengusap lembut tangan ibunya, membenarkan selimut dan mencium kening sang ibu. Tak lupa pelukan kasih sayang dari aisyah. tanpa disengaja akhirnya aisyah tertidur seraya masih memeluk ibunya.
***
Beberapa hari kemudian..
Risty sangat dilanda rasa takut akhir-akhir ini. Sudah hampir seminggu aisyah tak ada kabar, jadwal sekolah yang bertambah padat sebab ada pelajaran tambahan untuk persiapan ujian nasional membuat risty tak punya waktu untuk sekedar menghubungi atau menanyakan kabar sahabatnya itu. Pernah suatu malam ia mencoba menghubungi aisyah, namun sepertinya nomor aisyah tak aktif lagi.
Padahal saat ini risty punya kabar gembira untuk aisyah. ia berhasil menjadi hafidzah. Seperti keinginan ibunya, dan aisyah pastinya. Risty sengaja mengikuti sekolah khusus hapalan al-qur’an secara diam-diam sesuai rencananya untuk memberi kejutan pada aisyah. namun sepertinya rencana risty gagal. Ia sempat kecewa atas sikap sahabatnya itu yang tak ada, namun sepertinya risty tetap harus mengalah. Mau tidak mau ia tetap akan kerumah aisyah siang ini juga. Tak peduli ada jadwal les yang terlewati.
Kesempata risty untuk bolos tampaknya berhasil. Karena saat hari jum’at pelajaran tambahan dilaksanakan pukul 13.00 jadi para siswa siswi diperbolehkan pulang untuk sholat jum’at bagi kaum laki-laki. Dan istirahatan bagi perempuan.
Segera mungkin ia berangkat menuju rumah aisyah. belum sampai di halaman rumah, dari kejauhan risty melihat banyak orang di rumah itu. “mungkin ada acara’ pikir risty. Jahat sekali aisyah tidak mengundangnya.
“ini tidak mungkin… tidak mungkiiiin.. ibu coba jelaskan apa yang terjadi? Aku yain itu buka aisyan kan bu?” risty menangis penuh berontak dipekukan ibu aisyah. ia tak habis piker, mengapa aisyah begitu tega kepadanya, ia merasa tak diperlukan sebagai sahabat.
“aisyah melakukan itu karna ia sayang sama kamu, ibu, dan orang-orang disekelilingnya, sayang” ucap ibu aisyah menenangkan risty yang terlihat lemas.
“aisyah jahat, buu”
***
7 tahun kemudian…
“hai aisyah. kamu apa kabar? Kamu pasti bersenang-senang yaa sekarang? Jahat banget sih nggak ngajak aku. Katanya sahabat, tapi pergi nggak ngajak-ngajak. Hiikss.. aku kanggeeen”
Risty berjongkok seraya meletakkan bunga serta air mawar di tempat peristirahatan terakhir aisyah, yaa apalagi kalau bukan gundukan tanah yang nantinya semua umat akan menempatinya.
Sedikit tak pernah terpikir olehnya, harus hidup ditinggal seorang sahabat yang begitu berjasa dalam hidupnya, terlalu sulit banginya menghapus memori-memori indah kebersamaan mereka.
Baginya satu orang sahabat saja sudah cukup untuk membahagiakannya, membantunya, menuntunnya kearah kebaikan. Daripada punya ribun teman tapi taka da kenyamanan didalamnya.
“aisyah, aku sudah baca surat-suratmu untukku. Entah aku yang terlalu bodoh sehingga dengan mudahnya tertipu oleh rahasia yang begitu kamu tutupi. Atau aku yang kurang peduli dengan sahabatku sendiri. Yang pasti saat membaca surat itu, aku benar-benar kecewa pada diriku sendiri, membiarkan seorang sahabat melawan rasa sakitnya sendiri, membiarkan seorang sahabat melawat kanker yang mematikan. Kamu tahu? Aku merasa gagal sebagai sahabat. Apalagi saat aku tahu bahwa ternyata blog NARW itu adalah akun milikmu, pantas saja aku merasa tak asing dengan penggunaan kata-kata yang tertulis disana. Kamu sangat hebat aisyah, sedikitpun aku tak mengetahui hal itu, dan kamu pandai sekali melakukannya. Atau kamu sengaja merahasiakannya karena aku juga merahasiakan tentang sekolah hapalan Alqur’an itu? Rasanya tidak mungkin.tapii,, Big thanks aisyah ”
“tapi,, setelah mendapat semangat dari ibumu, aku tak mau berlarut begitu saja dalam kesedihan.. Beliau sangat sabar Syah, sedikitpun tak tampak raut kesedihannya, meski ku tahu, diam-diam ia menangis didalam kamar, aku yakin itu karena ia ingat akan sosokmu. Tapi diluar kamar, ia selalu mengumbar senyum, untuk menyemangatiku yang kini tinggal bersama ibumu, orang tuaku setuju banget syah, mereka juga mengizinkan aku untuk berusaha hidup mandiri, dan tentunya untuk menghibur ibumu.  Aku bangkit, yaa aku bangkit Syah. Aku belajar dengan sungguh-sungguh. Mewujudkan cita-citaku, cita-citamu jugaa, cita-cita kita.”
“sekarang aku sedang menjalani hari-hariku sebagai mahasisiwi kedokteran, aku nggak tahu dari mana kekuatan ini, kemampuan ini, sehingga aku bisa diterima dalam jurusan itu. Padahalkan kamu tahu, aku paling malas untuk menghapal pelajaran. Kamu do’ain aku yaa semoga cepat lulus dan bisa menjadi dokter. Agar aku mampu nantinya menjadi seperti yang kamu inginkan. aku sayang kamu, tunggu aku disana yaa aisyah”
Wuuuushhh… seketika  hembusan angin menyapu wajah risty. Hanya hitungan detik. Ia tersenyum kemudian.
“aisyah, aku tahu. Kamu pasti melihatku, kamu mendengarku. Sahabatku”
                                                                                                            
@aisyah_risca


The end

0 komentar:

Posting Komentar

:)