Karya: nur’aisyah risca w.
“ya allah, hadirkan lagi dia dalam mimpi Naya, dia baik, Cuma
dia teman Nay saat ini. Nay ingin tahu namanya ya allah. Kabulkanlah do’a Nay,
Naya janji nggak akan pernah nakal. AMIIIIN”
Begitu untaian kalimat dalam do’a
yang setiap malam seolah tidak pernah absen diucapkan oleh seorang anak yang
masih berumur 6 tahun ini. Naya, seorang bocah yang sudah diuji kesabarannya
oleh Allah sejak lahir. Hidup di dunia, tanpa bisa melihat apa-apa, tidah tahu
yang mana warna, tidak tahu bagaimana itu bunga, pohon, sawah, gunung. Bahkan,
bagaimana rupa ibunya, ayahnya, lebih sedih lagi dirinya pun ia tak pernah tahu
seperti apa.
Tapi, meskipun diberi kekurangan sejak lahir, Naya tidak pernah
yang namanya marah pada tuhan, tidak pernah menyesali takdirnya, tidak pernah
menyalahkan orang tuanya. Naya dalah sosok yang ceria, riang, baik hati, serta
masih polos sesuai usianya. Dan, pemikirannya jauh dari anak-anak seusianya,
yang hanya tahu bermain, jajan, dan jalan-jalan.
Seperti saat ini,
Sebelum tidur, Naya membiasakan diri
untuk berwudhu’. Sebelum benar-benar terpejam Naya melantunkan surah-surah
pendek yang terdapat dalam juz amma. Begitu indah terdengar gadis kecil ini
melantunkan ayat suci dengan suara khasnya.
Tanpa ia ketahui seseorang dibalik pintu sana, memperhatikan
tingkahnya dengan berurai airmata. Ibu mana yang sanggup melihat anaknya
seperti itu, kerap kali ia meminta agar penderitaan anaknya usai. Namun apa
boleh buat, tuhan telah berkehendak lain. Anaknya cukup kuat menghadapi ini
semua, anaknya adalah sosok pilihan tuhan yang dinilai mempunyai kesabaran luar
biasa.
Dengan perlahan ibu muda ini menutup
pintu kamar anak semata wayangnya. Kanaya. Nama yang singkat namun indah
baginya, pemberian almarhum ayah Naya. Ya, begitu kasihan memang, gadis kecil
itu, dari kecil tak bisa melihat, dari kecil pula ia kehilangan sosok sang
ayah. Beruntung, ibu Naya memiliki usaha yang berjalan lancar. Tidak pernah
mengeluh yang berurusan dengan uang. Tuhan memang adil, skenario Allah benar-benar
hebat, melebihi penulis skenario yang
melegenda sekalipun.
Memiliki kekurangan bukan berarti
tak dapat sekolah. Naya termasuk anak yang pintar, rasa ingin tahunya akan
suatu hal, membuatnya terlihat lebih cerewet disaat masih menginjak umur 3
tahun dibandingkan anak seusianya kala itu. Maka dari itu ibunya berinisiatif
mendatang guru untuk mengajarinya setidaknya hal-hal yang sederhana. Barulah
setelah berumur 5 tahun Naya didaftarkan di salah satu sekolah khusus anak yang
menderita tunanetra. Kepintaran Naya memang tak diragukan, dalam waktu hampir
satu tahun saja, ia bisa menguasi semua bentuk huruf braille. Sebab itulah Naya
mudah berkomunikasi dengan teman disekolahnya saat belajar bersama.
Tapi, tidak dengan teman Naya
disekitar rumahnya. Entah apa alasan mereka menjauhi Naya. Jika diperhatikan,
Naya memiliki paras nan cantik, kulit putih bersih dan rambut hitam lembut yang
selalu dibiarkan tergerai. Mungkin bagi orang yang pertama kali melihatnya, tak
akan sadar akan kekurangan yang dimiliki anak itu. Berjalanpun Naya tidak
pernah mau menggunakan tongkat, Naya lebih memilih digandeng mbak Ti (perawat
Naya).
***
“Kanaya!” teriak seseorang menyeru Naya.
Naya berbalik dari arah pandangnya yang semula, meski yang
terlihat tak pernah berubah, kegelapan. Tapi Naya merasa seseorang tersebut
berada di belakannya.
“kamu? Yang waktu itu nyanyiin Nay ya?” Tanya Naya polos.
“kegelapan..kegelapan.. menghampiri dia yang kesepian, dia yang
merindukan bulan, dia yang penuh harapan.. kegelapan oh kegelapan kasihan dia
yang tak punya teman, dia yang butuh kekuatan” kata sosok tak dikenal tersebut
dengan perkataan yang hampir mirip nyanyian namun tak dimengerti Naya.
“kamu sebenarnya siapa? Kenapa mau dekat-dekat Naya? Kita satu
sekolah yaa? Tidak mungkin rasanya kamu tetangga Naya, sebab mereka tak suka
Naya” dengan nada lirih Naya mencoba berani bertanya.
“kegelapan.. keg-“ ucapan sosok tersebut terpotong.
“sudah stoop! Naya bosan, kamu bilangnya itu-itu mulu, kalau mau menyindir Naya tidak usah
berlebihan. Naya menyesal telah berdo’a pada tuhan untuk bertemu kamu. Ternyata
kamu sama jahatnya dengan mereka, mereka yang tidak menyukai Naya” tegur Naya
berurai airmata.
Elusan lembut, terasa hangat dipipi Naya. Sosok tersebut
menghapus airmatanya.
“jangan bersedih adik kecil, kakak datang untuk menemanimu” kata
sosok itu mulai lembut.
“tapi, kenapa tadi kakak berkata seolah mengejekku” ujar Naya
masih sesenggukan.
“ketahuilah, semua yang ada mimpimu benar-benar nyata. Dan yang
ada di duniamu, tak semua bisa dikatakan nyata”
“maksudnya? Nay nggak ngerti. Kakak sama kayak bunda Naya,
bicaranya panjang, tapi nanya ngerti sama sekali, hanya beberapa. Seriusan deh”
“hihii, kamu benar-benar polos sayang, maksud kakak. Bukankah
perkataan kakak itu benar? Kamu sekarang berada dikegelapan, kamu sekarang
kesepian, dan butuh teman” jelasnya pada Naya
“ii..i.ya kak” nanya sedikit menunduk merutuki nasibnya.
“sudah tidak usah bersedih. Justru tuhan baik padamu. Kamu ingin
memiliki teman bukan? Kakak datang untukmu sayang. Kakak akan selalu ada
disini, dihatimu yang masih bersih dari dosa. Jika kamu kesepian, ingatlah
bahwa kamu punya teman yang melindungi, sampai kapanpun. Ingat kakak dihatimu,
teman dihati lebih abadi”
“baiklah, Naya mengerti. Dan Naya janji agar menjaga hati Naya
untuk selalu bersih. Dengan sholat lima waktu kak”
“kamu pintar sekali”
“tapi naya masih belum mengerti, tentang perkataan kakak yang
bilang “semua yang ada di dunia naya belum bisa dikatakan nyata” rasa ingin
tahu Naya mulai terpancing.
“hmm begini. Apa kamu ingat lagu cahaya terang yang ada
disekolah”
“ooh yaa, Naya ingat, lalu?”
“Nah, coba nyanyikan dan perhatikan liriknya satu persatu”
“cahaya.. cahaya.. menghampiri dia yang bahagia, dia yang ingin
terbang ke bulan, dia yang ingin menggapai harapan. Cahaya oh cahaya terangi
dia yang banyak teman, bersama satukan kekuatan”
“sekarang kaka Tanya, apa itu benar ada dalam kehidupan Naya?”
“tidak ada sama sekali”
“jadi, cobalah untuk memahami apa yang terjadi. Walau skenario
tuhan penuh misteri. Tapi bukan untuk ditakuti, namun dijalani. Mungkin kamu
belum terlalu paham. Kakak yakin, suatu saat nanti kamu akan mengerti. Kanaya
yang pintar”
“kak?” Naya merasa sosok itu tak adalagi didekatnya
“kakak dimana? Kaaak?”
“kakaaaaaaaaaaaaakkk” Naya terbangun dari tidurnya. San bunda
pun khawatir akan teriakan Kanaya.
“masya allah Kanaya, kamu kenapa nak?”
“hah,hah. Bunda?”
“iya sayang, bunda disini. Kamu mimpi buruk”
“….” Naya mengingat apa yang dialaminya. Tapi untuk saat ini
Naya belum bisa bercerita. Serta mencoba mengalihkan pertanyaan sang bunda.
“hmm, udah jam berapa bunda? Nay mau berangkat sekolah”
“kamu ini lagi ditanya juga, malah nanya yang lain. Jam 7 Nay,”
“yaudah, Naya mau mandi. Hari ini Nay dimandiin bunda yaa?
Tangan mbak Ti nggak selembut bunda,hehe”
“huh, keluar deh manjanya. Eh, tapi nggak boleh bicara gitu ya.
Nanti mbak Ti tersinggung. Bagaimanapun juga, dia yang udah bantu bunda rwat
kamu sejak kecil” jelas bunda Naya panjang lebar.
“iyaa bunda. Bunda bawelnya sama aja, kayak kakak baik” sahut Naya keceplosan.
“kakak baik?”
“eh, itu bun. Maksud Naya ada kakak-kakak disekolah Naya dia
baik banget, tapi cerewet kayak bunda hahaaha”
“bisa yaa sekarang anak bunda ngelesnya”
Begitulah seterusnya candaan ibu dan anak ini, benar-benar
cerminan kasih yang luar biasa indah.
Beberapa hari kemudian..
Terlihat ibu dan anak ini asik melahap sarapan yang menunya
tertata rapi di meja makan.
“nanti diantar mbak Ti yaa? Bunda mau kerumah oma. Tadi pagi
mendadak hubungi bunda”
“oke bun”
“kalau bisa jangan keluyuran ke luar ya, dirumah saja sama mbak
Ti, bunda nggak suka lihat kamu nangis karena mereka” pesan khawatir akan nasib
Naya yang selalu mendapat ejekan tetangga mereka.
“tenang bun, Nay nggak akan sedih lagi. Teman dihati lebih
abadi” balas Naya penuh keyakinan, serta tak luput dari senyuman manisnya
mengingat ia sekarang memiliki teman, yaa teman di hati. Dan Naya yakin itu,
sebab entah kenapa akhir-akhir ini ia tak pernah merasa sepi.
“hmm, bunda ngga ngerti. Tapi yasudahlah, asal kamu janji nggak
akan sedih, bunda izinin keluar.
“dadah sayang. Mmuach! Love you” pamitnya
“too” ujar Naya seraya mengecup sang bunda.
The end
@aisyah_risca
0 komentar:
Posting Komentar
:)