Sabtu, 31 Oktober 2015

CERPEN//Teman untuk Naya


Teman untuk Naya
Karya: nur’aisyah risca w.

“ya allah, hadirkan lagi dia dalam mimpi Naya, dia baik, Cuma dia teman Nay saat ini. Nay ingin tahu namanya ya allah. Kabulkanlah do’a Nay, Naya janji nggak akan pernah nakal. AMIIIIN”
Begitu untaian kalimat dalam do’a yang setiap malam seolah tidak pernah absen diucapkan oleh seorang anak yang masih berumur 6 tahun ini. Naya, seorang bocah yang sudah diuji kesabarannya oleh Allah sejak lahir. Hidup di dunia, tanpa bisa melihat apa-apa, tidah tahu yang mana warna, tidak tahu bagaimana itu bunga, pohon, sawah, gunung. Bahkan, bagaimana rupa ibunya, ayahnya, lebih sedih lagi dirinya pun ia tak pernah tahu seperti apa.
Tapi, meskipun diberi kekurangan sejak lahir, Naya tidak pernah yang namanya marah pada tuhan, tidak pernah menyesali takdirnya, tidak pernah menyalahkan orang tuanya. Naya dalah sosok yang ceria, riang, baik hati, serta masih polos sesuai usianya. Dan, pemikirannya jauh dari anak-anak seusianya, yang hanya tahu bermain, jajan, dan jalan-jalan.


Seperti saat ini,
Sebelum tidur, Naya membiasakan diri untuk berwudhu’. Sebelum benar-benar terpejam Naya melantunkan surah-surah pendek yang terdapat dalam juz amma. Begitu indah terdengar gadis kecil ini melantunkan ayat suci dengan suara khasnya.

Tanpa ia ketahui seseorang dibalik pintu sana, memperhatikan tingkahnya dengan berurai airmata. Ibu mana yang sanggup melihat anaknya seperti itu, kerap kali ia meminta agar penderitaan anaknya usai. Namun apa boleh buat, tuhan telah berkehendak lain. Anaknya cukup kuat menghadapi ini semua, anaknya adalah sosok pilihan tuhan yang dinilai mempunyai kesabaran luar biasa.

Dengan perlahan ibu muda ini menutup pintu kamar anak semata wayangnya. Kanaya. Nama yang singkat namun indah baginya, pemberian almarhum ayah Naya. Ya, begitu kasihan memang, gadis kecil itu, dari kecil tak bisa melihat, dari kecil pula ia kehilangan sosok sang ayah. Beruntung, ibu Naya memiliki usaha yang berjalan lancar. Tidak pernah mengeluh yang berurusan dengan uang. Tuhan memang adil, skenario Allah benar-benar hebat, melebihi penulis skenario  yang melegenda sekalipun.

Memiliki kekurangan bukan berarti tak dapat sekolah. Naya termasuk anak yang pintar, rasa ingin tahunya akan suatu hal, membuatnya terlihat lebih cerewet disaat masih menginjak umur 3 tahun dibandingkan anak seusianya kala itu. Maka dari itu ibunya berinisiatif mendatang guru untuk mengajarinya setidaknya hal-hal yang sederhana. Barulah setelah berumur 5 tahun Naya didaftarkan di salah satu sekolah khusus anak yang menderita tunanetra. Kepintaran Naya memang tak diragukan, dalam waktu hampir satu tahun saja, ia bisa menguasi semua bentuk huruf braille. Sebab itulah Naya mudah berkomunikasi dengan teman disekolahnya saat belajar bersama.

Tapi, tidak dengan teman Naya disekitar rumahnya. Entah apa alasan mereka menjauhi Naya. Jika diperhatikan, Naya memiliki paras nan cantik, kulit putih bersih dan rambut hitam lembut yang selalu dibiarkan tergerai. Mungkin bagi orang yang pertama kali melihatnya, tak akan sadar akan kekurangan yang dimiliki anak itu. Berjalanpun Naya tidak pernah mau menggunakan tongkat, Naya lebih memilih digandeng mbak Ti (perawat Naya).

***
“Kanaya!” teriak seseorang menyeru Naya.
Naya berbalik dari arah pandangnya yang semula, meski yang terlihat tak pernah berubah, kegelapan. Tapi Naya merasa seseorang tersebut berada di belakannya.
“kamu? Yang waktu itu nyanyiin Nay ya?” Tanya Naya polos.
“kegelapan..kegelapan.. menghampiri dia yang kesepian, dia yang merindukan bulan, dia yang penuh harapan.. kegelapan oh kegelapan kasihan dia yang tak punya teman, dia yang butuh kekuatan” kata sosok tak dikenal tersebut dengan perkataan yang hampir mirip nyanyian namun tak dimengerti Naya.
“kamu sebenarnya siapa? Kenapa mau dekat-dekat Naya? Kita satu sekolah yaa? Tidak mungkin rasanya kamu tetangga Naya, sebab mereka tak suka Naya” dengan nada lirih Naya mencoba berani bertanya.
“kegelapan.. keg-“ ucapan sosok tersebut terpotong.
“sudah stoop! Naya bosan, kamu bilangnya itu-itu  mulu, kalau mau menyindir Naya tidak usah berlebihan. Naya menyesal telah berdo’a pada tuhan untuk bertemu kamu. Ternyata kamu sama jahatnya dengan mereka, mereka yang tidak menyukai Naya” tegur Naya berurai airmata.
Elusan lembut, terasa hangat dipipi Naya. Sosok tersebut menghapus airmatanya.
“jangan bersedih adik kecil, kakak datang untuk menemanimu” kata sosok itu mulai lembut.
“tapi, kenapa tadi kakak berkata seolah mengejekku” ujar Naya masih sesenggukan.
“ketahuilah, semua yang ada mimpimu benar-benar nyata. Dan yang ada di duniamu, tak semua bisa dikatakan nyata”
“maksudnya? Nay nggak ngerti. Kakak sama kayak bunda Naya, bicaranya panjang, tapi nanya ngerti sama sekali, hanya beberapa. Seriusan deh”
“hihii, kamu benar-benar polos sayang, maksud kakak. Bukankah perkataan kakak itu benar? Kamu sekarang berada dikegelapan, kamu sekarang kesepian, dan butuh teman” jelasnya pada Naya
“ii..i.ya kak” nanya sedikit menunduk merutuki nasibnya.
“sudah tidak usah bersedih. Justru tuhan baik padamu. Kamu ingin memiliki teman bukan? Kakak datang untukmu sayang. Kakak akan selalu ada disini, dihatimu yang masih bersih dari dosa. Jika kamu kesepian, ingatlah bahwa kamu punya teman yang melindungi, sampai kapanpun. Ingat kakak dihatimu, teman dihati lebih abadi”
“baiklah, Naya mengerti. Dan Naya janji agar menjaga hati Naya untuk selalu bersih. Dengan sholat lima waktu kak”
“kamu pintar sekali”
“tapi naya masih belum mengerti, tentang perkataan kakak yang bilang “semua yang ada di dunia naya belum bisa dikatakan nyata” rasa ingin tahu Naya mulai terpancing.
“hmm begini. Apa kamu ingat lagu cahaya terang yang ada disekolah”
“ooh yaa, Naya ingat, lalu?”
“Nah, coba nyanyikan dan perhatikan liriknya satu persatu”
“cahaya.. cahaya.. menghampiri dia yang bahagia, dia yang ingin terbang ke bulan, dia yang ingin menggapai harapan. Cahaya oh cahaya terangi dia yang banyak teman, bersama satukan kekuatan”
“sekarang kaka Tanya, apa itu benar ada dalam kehidupan Naya?”
“tidak ada sama sekali”
“jadi, cobalah untuk memahami apa yang terjadi. Walau skenario tuhan penuh misteri. Tapi bukan untuk ditakuti, namun dijalani. Mungkin kamu belum terlalu paham. Kakak yakin, suatu saat nanti kamu akan mengerti. Kanaya yang pintar”
“kak?” Naya merasa sosok itu tak adalagi didekatnya
“kakak dimana? Kaaak?”
“kakaaaaaaaaaaaaakkk” Naya terbangun dari tidurnya. San bunda pun khawatir akan teriakan Kanaya.
“masya allah Kanaya, kamu kenapa nak?”
“hah,hah. Bunda?”
“iya sayang, bunda disini. Kamu mimpi buruk”
“….” Naya mengingat apa yang dialaminya. Tapi untuk saat ini Naya belum bisa bercerita. Serta mencoba mengalihkan pertanyaan sang bunda.
“hmm, udah jam berapa bunda? Nay mau berangkat sekolah”
“kamu ini lagi ditanya juga, malah nanya yang lain. Jam 7 Nay,”
“yaudah, Naya mau mandi. Hari ini Nay dimandiin bunda yaa? Tangan mbak Ti nggak selembut bunda,hehe”
“huh, keluar deh manjanya. Eh, tapi nggak boleh bicara gitu ya. Nanti mbak Ti tersinggung. Bagaimanapun juga, dia yang udah bantu bunda rwat kamu sejak kecil” jelas bunda Naya panjang lebar.
“iyaa bunda. Bunda bawelnya sama aja, kayak kakak baik”  sahut Naya keceplosan.
“kakak baik?”
“eh, itu bun. Maksud Naya ada kakak-kakak disekolah Naya dia baik banget, tapi cerewet kayak bunda hahaaha”
“bisa yaa sekarang anak bunda ngelesnya”
Begitulah seterusnya candaan ibu dan anak ini, benar-benar cerminan kasih yang luar biasa indah.

Beberapa hari kemudian..
Terlihat ibu dan anak ini asik melahap sarapan yang menunya tertata rapi di meja makan.
“nanti diantar mbak Ti yaa? Bunda mau kerumah oma. Tadi pagi mendadak hubungi bunda”
“oke bun”
“kalau bisa jangan keluyuran ke luar ya, dirumah saja sama mbak Ti, bunda nggak suka lihat kamu nangis karena mereka” pesan khawatir akan nasib Naya yang selalu mendapat ejekan tetangga mereka.
“tenang bun, Nay nggak akan sedih lagi. Teman dihati lebih abadi” balas Naya penuh keyakinan, serta tak luput dari senyuman manisnya mengingat ia sekarang memiliki teman, yaa teman di hati. Dan Naya yakin itu, sebab entah kenapa akhir-akhir ini ia tak pernah merasa sepi.
“hmm, bunda ngga ngerti. Tapi yasudahlah, asal kamu janji nggak akan sedih, bunda izinin keluar.
“dadah sayang. Mmuach! Love you” pamitnya
“too” ujar Naya seraya mengecup sang bunda.



The end


@aisyah_risca


0 komentar:

Posting Komentar

:)