Jumat, 11 Desember 2015

CERPEN//Dunia buku gambar

Hay haaayyy……..
Sore ini aku posting cerpen yang cuplikannya sudah duluan terbit beberapa waktu lalu,hihii
Maaf kelamaan lanjutnyaa, buat yang penasaran :D
Soalnya ketikan sebelumnya hilang saat laptopku di install :( huaa… diriku ngetik ulang dari awal. Tapi nggapapa deh, yaa hitung2 sambil ngisi waktu luang:))

Happy reading…


Dunia buku gambar
Karya:nur’aisyah risca wanti

Satu.. dua.. tiga..!! surprise!!!
“happy birthday sayangnya mama”
“happy birthday sayangnya papa”
“waah.. makasih ma, pa. aku sayaaaang kalian, much love” girangku memeluk keduanya.
          Sayangnya, itu hanya kejadian beberapa tahun lalu.lebih tepatnya saat aku masih berstatus pelajar SD. Sakit memang jika aku mengingat itu.
Ohya, sebelumnya perkenalkan namaku shopie [baca;sofi]. Aku terlahir dari keluarga yang sangat harmonis. Namun, itu dulu. Semua berubah setelah maut menjemput papaku. Dulu aku sempat bingung saat semua orang berdatangan kerumahku, rata-rata mereka berbusana serba hitam. Awalnya aku senang, dibenakku saat itu rumah kami sedang diadakan suatu acara. Karena besarnya rasa ingin tahuku, akupun bertanya pada mama.
“mah? Rumah kita pesta ya? Kok mama nggak bilang-bilang ke sofi” tanyaku terkesan bawel.
Namun, bukanya menjawab mama malah menangis. Aku terdiam, lagi-lagi muncul kejanggalan dalam pikiranku. Dan kembali bertanya.
“mah, papa kok diselimuti gitu? Papa bobo ya ma?”. Huft, tetap saja, tangis yang mama keluarkan. Sampai akhirnya si mbak mengajakku ke kamar.
          Saat di kamar, aku hanya duduk termangu ditempat tidur. Bingung! Itulah yang kurasakan.
“mbak, rumah kita ada acara apa sih? Kok banyak orangnya.” Tanyaku.
“mm..mmm..ii..itu non, orang-orang yang datang itu nanti mau nganterin Tuan, “ jawab mbak sedikit gugup.
“emang papa mau kemana? Hiks..hiikss.. aku mau ikuut” tanyaku dengan terisak.
“husstt.. sudah, papa non mau istirahat di rumah Allah. Suatu saat nanti, non pasti mengerti. Mending sekarang tiduran dulu, kan dari semalam non jagain papa mulu di rumah sakit.” Ucap mbak dengan bijak, aku pun menurutinya.
          Pertambahan usia membuatku sedikit mengerti akan hal itu. Kini aku tahu mengapa papa sudah jarang pulang, bahkan tidak pernah, dan tak akan pernah.
Sepeninggal papa semuanya berubah. Tidak ada lagi yang mengajakku jalan-jalan, tidak ada lagi yang membuat keceriaan di rumah kami saat weekend. Aku sediih,, aku kesepiaan..
          Mama? Semenjak kepergian papa, ia berubah. Waktunya hanya untuk kerja, kerja, dan kerja. Kapan mama punya waktu untukku? Pernah kutanyakan padanya “mengapa sekarang mama lebih sibuk?”
“itu semua mama lakukan demi kamu” jawabnya singkat.
Demia aku?
Segitu banyakkah makanku? Segitu banyakkah jajanku? Sampai-sampai mama harus kerja dari matahari terbit sampai dini hari, sebelum matahari keesokan paginya terbit lagi.
          Hidupku saat ini bagaikan seseorang yang tersesat di hutan yang jauh dari pemukiman. Apalagi sekarang, aku sangat jarang mendapat izin keluar rumah dan melanjutkan pendidikan tamatan SD-ku dengan bersekolah di rumah saja (homeschooling). Aku bosan! Gurunya itu-itu saja, nggak ada teman, dan lainnya. Namun, alasan mama yang hanya satu kalimat itu membuatku tak bisa berkutik, aku tak mau  mengecewakannya, sesuai pesan yang selalu disampaikan papa semasa hidupnya.
Kalau aku minta izin keluar, begini alasan mama.
“lebih baik di rumah, mama tidak punya waktu untuk mengawasimu diluar sana”
          Kulangkahkan kaki menuju kamar setelah cukup lama termenung di taman belakang rumahku. Segera aku berbaring ditempat tidur menghadap jendela. Saat aku membalikkan tubuh, aku melihat benda persegi yang tak asing bagiku, yang selalu mewarnai khayalku akhir-akhir ini. Apalagi kalau bukan buku gambar. Yap! Kado terakhir dari papa yang akhirnya setelah beberapa minggu ulang tahunku, beliau meninggal. Mungkin ini alasannya memberiku buku gambar, sebab ia menyadari akan meninggalkan kami selama-lamanya.
Subhanallah, sunggu teratur rencana allah, yang memberi kemudahan di setiap kesulitan. Seperti aku saat ini, meskipun kesepian tapi aku punya buku gambar yang didalamnya banyak cerita indah yang ku alami.
Awalnya aku hanya menyimpan buku gambar yang terbilang besar dan cukup tebal ini. Namun, suatu hari, saat malam diguyur hujan, aku tak bias melihat ribuan bintang maupun bulan di langit melalui kaca jendela kamarku. Akhirnya aku  meraih  buku gambar itu dan menggambar bulan dan bintang disana, lalu kurobek, dan  ku tempelkan di kaca jendela tersebut. Senyum terukir di bibirku, betapa indahnya duniaku, meski hanya dunia buku gambar.
Tok..tok..tokk
Suara ketukan pintu melenyapkan hayalku.
“non, tadi nyonya pesan, makan malam kali ini, sendiri aja. Soalnya nyonya ada keperluan ke luarkota” teriak mbak dari luar.
“hufftt.. iyaa mbak. Makasih ya”teriakku dari dalam.
          Akupun memutuskan kembali duduk dan meraih buku gambar itu. Selang beberapa menit, jadilah gambar sederhanaku..
Gambar seorang ibu dan anaknya yang sedang menyantap makanan di meja makan. Lalu, kutulis keterangan dibawahnya..
“mah, kapan kita bisa kayak gini?” akhirnya tuntas gambarku. Meski sederhana dengan sedikit perpaduan warna yang tidak terlalu mencolok.
“sempurna.hihii” gumamku seraya merentangkan gambar itu. Sepertinya cacing-cacing diperutku sudah mulai berontak. Aku beranjak menuju meja makan.
***
Sungguh, ini kabar terbaik yang pernah ku dengar. Mimpiku tentang dunia luar sana akhirnya terwujud. Bagaimana tidak, kak Zahra yang selalu mengajarku selayaknya guru sekolah tiba-tiba mengatakan hal yang sangat iiisstimeewaaa. Mungkin bagi mereka yang berada di sekolah umum itu sudah biasa. Namun bagiku, ini luar biasa dan hal yang sangat jarang terjadi. Oke! Mungkin kalian penasaran. Jadi, tadi itu kak Zahra bilang bahwa aku sudah didaftarkan sebagai peserta lomba baca puisi. Aku senang, dan tak henti-hentinya berterima kasih pada kak Zahra.
“makasih banyak kak, karena udah ngasih aku kesempatan untuk ikut lomba ini. Aku udah nggak sabar ketemu teman-teman baru di luar sana, aku nggak kesepian lagi kak”ucapku terharu.
“iyaa, Cuma ini yang bisa kakak bantu agar kamu nggak kesepian lagi. Jujur, kakak sedih tiap hari dengar curhatan kamu itu” kata kak Zahra mengelus rambutku.
“hmm.. tapi..” ucapnya menggantung. Akupun menatap serius kearah kak Zahra seolah menyuruhnya melanjutkan kalimat itu.
“pesertanya harus didampingi oleh ibunya. Soalnya puisi ke-2 yang dibacakan tentang ibu.” Lanjut kak Zahra. Yang membuat rasa senangku berubah drastis menjadi sedih. Wajahku murung seketika. Aku tidak yakin mama punya banyak waktu untuk menemaniku.
“tapi tenang, kamu nggak sendirian. Kakak akan dampingi kamu.” Sepertinya kak Zahra menyadari kekecewaanku.
“makasih kaak..sekali lagi makasiih” lirihku berhambur memeluknya.
“apapun akan kakak lakukan selagi itu nggak buat kamu sedih dan kakak mampu untuk melakukannnya”
          Terima kasih ya allah, engkau menghadirkan sosok yang lembut seperti kak Zahra. Tanpa kehadirannya, mungkin aku sudah menyerah dalam cobaan ini, batinku.
Benda bulat berwarna pink yang selalu menempel di dinding kamarku sudah menunjukkan pukul 11 malam. Entah mengapa mata ini sulit terpejam, padahal kak Zahra berpesan agar aku tidak tidur terlalu larut supaya bisa bangun lebih pagi untuk persiapan lomba. Perhatian sekali dia, mama yang mendengar kabar aku ikut lomba saja hanya bersikap biasa. Tak apa, setidaknya ia masih memberiku izin utnuk mengikuti lomba itu.
Dinginya malam semakin membuat mataku sulit terpejam, andai saja sikap mama tidak berubah pasti saat ini ia sedang memelukku sampai aku terlelap dalam mimpi.
“putri kecil yang terpejam itu terlihat sangat nyaman dalam tidurnya diatas kasur empuk nan bersih, ditambah sebuah kelembutan dan kehangatan yang bukan berasal dari selimut, melainkan belaian kasih seorang ibu yang diwajahnya tersirat kasih sayang yang begitu besar terhadap sang putri kecil” huuhh.. lahi-lagi aku mendongeng sendiri dengan buku gambar ini. Setidaknya dengan menggambar, mataku cepat lelah dan bisa tidur. Syukurlah, trik ini berhasil, ntah dari mana ide tersebut muncul  saat keadaan malam yang dingin ini. Kuakhiri aktivitas menggambar ini dengan memberi judul seperti biasanya pada gambarku. Sebenarnya bukan judul, tapi sebuah harapan, yaa! Harapan !
“mah, aku ingin tertidur di pelukanmu, dalam belaian kasihmu”
Setelah itu aku kembali berbaring ditempat tidur, sebelumnya kuletakkan buku gambar itu ditempatnya.
Srreeek.. ah sial! Buku gambarku terlepas dari covernya.
“duh, kok ceroboh gini sih”gumamku kesal.
Kupungut dan kuletakkan saja lembaran gambar yang belum menyatu itu.
***
“sofiii.. buruaan. Lombanya bentar lagi mulai” teriak kak Zahra yang berhasil mengagetkanku yang sedang merias diri. Segera kuraih barang-barang keperluanku seraya berlari-lari kecil, tak lupa buku gambar yang selalu ku bawa kemana-mana.
“maaf kak, tadi aku telat bangun,hehe” ucapku cengengesan.
“iyaa,nggapapa udah semua kan?”Tanya kak Zahra.
“udah sih, tapi kok rasanya ada yang kurang ya kak?”
“mungin perasaan non aja” ujar mbak yang ternyata memperhatikan kami sedari tadi.
“semoga aja yaa mbak, ohya mama udah bangun?”
“kayaknya belum non, udah, non berangkat aja nanti biar mbak sampaikan ke nyonya”
“oh,oke. Aku pamit yaa mbak, assalamu’alaikum”pamitku dan kak Zahra.
“waalaikumsalam”
Terlihat ibu paru baya ini berjalan agak sempoyongan keluar dari kamarnya. Mungkin saja ia baru bangun tidur. Langkahnya terhenti saat menginjak sesuatu tepat didepan pintu kamar putrinya.
“apa ini? Kertas gambar?”pikirnya agak bingung. Perlahan dibukanya lembar demi lembar kumpulan kertas yang cukup tebal itu. Setiap lembar gambar yang ia lihat itu pula membuat matanya semakin merah menahan tangis penuh sesal.
Buru-buru ia berlari ke kamar, selang beberapa menit ia sudah siap dengan pakaian yang berbeda dengan tadi. Sepertinya ia akan pergi.
Sedikit perbincangan terjadi antara ibu paruh baya itu dengan pembantu dan supir yang bekerja dirumahnya, sebelum akhirnya ia berangkat dengan mobil pribadi yang entah kemana arahnya.
          Di lain tempat terlihat seorang gadis yang sedang menangis dan wanita yang agak dewasa tampak menenangkannya. Mereka adalah sofi dan kak Zahra, setelah mendengar sambutan sebelum perlombaan dimulai, sofi langsung menangis. Ternyata sosok ibu pendamping sesuai persyaratan lomba tidak boleh diwakilkan.
“hiiks..hiks. kaak?kenapa allah nggak pernah ngasih aku kesempatan sekali saja untuk ngerasain hidup bahagia, aku benci semuanyaa, bencii” teriak sofi disela-sela tangisnya.
“huuussh.. kamu tidak boleh menyalahkan allah, sayang. Kakak yakin allah punya rencana indah untuk memhagiakan kamu. Meskipun bukan dalam lomba ini, tapi dalam kesempatan berikutnya” kak Zahra terus berusaha menenangkan sofi. Ia tidak mau sofi dipandang aneh oleh orang-orang yang berlalu lalang disekitar mereka. Memang, lomba sebentar lagi dimulai.
“kalau memang allah sayang sama aku, aku harap 3 menit lagi datang keajaiban untukku kak” ucapku sedikit lebih tenang.
“amiin.. semoga yaa sayang” kata kak Zahra.
***
“sofii?”sebuah suara mengagetkanku begitupun kak Zahra. Siapa yang memanggilku? Bukankah aku tidak punya teman disini?
“loh?mama?” kagetku setelah mengetahui orang itu.
“sofi.. maafin mama nak. Mama janji mulai saat ini akan memperharikanmu, mama sayang sofi,, jangan benci mama ya sayang”tangis mama seraya berlutut dihadapanku.
Kuraih lembut bahunya. “udah ma, udah. Mama nggak perlu kayak gini. Sofi senang mama sudah sadar” isakku yang menangis dipelukan mama.
“tapi,, ngomong-ngomong kenapa mama bisa ada disini? Dan apa yang mebuat mama berubah?” tanyaku sedikti ragu, takut jika mama tersinggung.
“tadi pagi, mama nemuin ini didepan kamar kamu. Ini punya kamu kan? Mama ingat tulisannya, persis seperti tulisanmu sewaktu SD.” Jelas mama. Aku hanya mengangguk dengan senyuman.
“aaAA.. mama.. kangen pelukan mama”pelukku sedikit manja.
“ekheem.. kacang-kacaang” sindir kak Zahra yang sedari tadi di cuekin.
“hehehee..maaf atuh kak. Kesenengan soalnya”ujarku.
Mama hanya geleng-geleng melihat tingkah kami.
“peserta selanjutnya..sophie meylani” terdengar suara dari arah panggung perlombaan. aku langsung melirik kak Zahra. Ia mengacungkan jempol.
“buruuaaan.. tunggu apa lagi? Kakak dan mama kamu selalu mendukung” ucapnya menyemangatiku.
“berikan yang terbaik untuk kami, good luck dear” teriak mama saat aku mulai menaiki panggung.
“pastii..!!” teriak ku juga, sambil mengacungkan jempol.
Bismillah, akan kutunjukkan yang terbaik untukmu mama..ucapku dalam hati.

The end


@aisyah_risca

11 komentar:

  1. Kesian setelah papanya meninggal sofi jadi kesepian, mamanya sibuk kerja, untung mamanya cepet sadar waktu liat gambarnya anaknya jadi masih bisa ikutan lomba baca puisi.. happy ending :-)

    Ini ceritanya bagus, serasa kayak baca buku bobo hehehe..

    BalasHapus
  2. Waah terima kasih yaa komentarnya:))
    Jangan bosen baca cerita2ku;)

    Aiih.. sayangnya umurku kelebihan buat ikut kontes cerpen dimajalah bobo,hehee

    BalasHapus
  3. Ceritanya bagus dek :'v
    Semangat menulis huhuhaha

    BalasHapus
  4. Big thanks kakak:*
    Kakak buat cerpen jugaa doong.. biar aku bisa baca juga,hehe tapi yg imajinasi :D

    BalasHapus
  5. aku udah balas ya ka. jangan maksa maksa ndak? ndak konsen aku belajar doh tadi tu dirimu meribut je dari tadi:p

    BalasHapus
  6. Wees.. balas dendam yaa ceritanya :p
    Eh, aku ngga suruh baca loooh whahahaa
    Siapa juga yang gangguin,, kan yang dtg ketempat dudukku kaamyuuuu wkwkwk:p

    BalasHapus
  7. haha ada loh lu suruh baca:p okeh besok aku gak mau duduk ditempat kamyu lageh-_-:p

    BalasHapus
  8. oke fix.. nggapapa baim strong kok :') wkwk

    BalasHapus
  9. Balasan
    1. amiiinn
      dan nama kamu yang pertama kali aku tulis dalam "Thanks to" pada bagian awal novel karyaku di masa depan *jiiaaahahaa

      Hapus

:)