Hello my lovely readers
Aku bawa cerpen baru loh.. cerpen syeediih nih.hahaa
Cerpen ini aku buat setelah membaca cerita dari blog lain *duh ribet*
Maksudnya, aku membuat cerpen ini karena terinspirasi dari cerita yang ada di blog dengan nama TERIMA KASIH IBU. Bukan berarti aku copas loh yaa :v
Cerita tersebut tentang seorang anak yang berdo’a untuk dipertemukan dengan ibunya setelah terpisah selama 25 tahun, sebab ia diculik sewaktu kecil, lalu di jual kepada pasangan suami istri yang kaya. Barulah setelah dewasa ia mengetahui kejadian itu, dan berusaha mencari ibunya. Setelah ada yang menemukan, ternyata ibunya kritis. Maka dari itu ia berdo’a untuk diberi waktu setahun, lalu sebulan, seminggu, sehingga hanya meminta sehari saja mengingat kondisi ibunya yang begitu kritis saat itu. Untuk lebih jelasnya silahkan baca di alamat blog diatas,hehe
Nah, untuk versiku ini berbeda, beda banget malah, aku hanya mengambil bagian yang memakai do’anya saja, yang setahun, sebulan, seminggu..bla-bla-bla. Karena menurutku itu menarik. Terimakasih loh buat siapapun pengarangnya, ceritamu menginspirasiku.
Bedanya, Cerpenku ini berkisah tentang seorang anak yang juga berdo’a untuk segera bertemu ibunya dikarenakan dia pernah durhaka sebelumnya..bagaimana ceritanya..? yuuukk baca :*
Penyesalan..
Pengarang: nur’aisyah risca wanti
17.30 WIB. Ku lirik jam dinding di ruanganku, sebaiknya aku beristirahat sebentar. Langkahku terarah menuju ruang kerjaku yang menghadap sebuah taman kecil. Oh ya! Perkenalkan, namaku Ririn. Lebih lengkapnya Ririn Armila. Aku bekerja sebagai perawat di panti jompo, dan insyaallah selamanya akan bekerja disini. Mengapa? Bukankah masih banyak pekerjaan yang lebih baik? Begitulah pertanyaan yang muncul dari orang-orang disekitarku. Kalau sudah begitu aku langsung mengalihkan pembicaraan mereka. Karena saat aku menjawabnya, pasti penyesalan itu selalu menghantuiku. Sungguh, benar-benar menyakitkan bagiku. Aku bersandar di pinggiran pintu, pikiranku kosong, mungkin karena terlalu lelah, akhirnya pikiranku melayang ke masa beberapa tahun lalu..
*flashback*
“ma, buatin Ririn baju dong. Soalnya besok teman sekelas ririn ulang tahun. Kan malu ma, kalau pakai yang lama.” Pintaku pada mama.
“lah, kenapa nggak ngomong dari kemaren-kemaren rin, kalau acaranya besok mana sempat mama buatnya?” kata mama.
“iih, buatin aja apa susahnya sih ma, emang mama mau beliin ririn baju baru? Nggak kan ma.” Ucapku kesal.
“kok kamu berubah sih nak? Cara bicaramu bukan seperti ririn yang mama kenal”
“aku juga berubah karna mama. Coba aja papa masih hidup, pasti dia akan menuruti kemauan ririn. Sedangkan mama, minta uang aja lamanya minta ampun.” Marahku dengan nada tinggi.
“itu dulu rin, sebelum papa mu meninggal. Sekarang uang kita pas-pasan. Mama harus nebus hutang-hutang papa kamu di perusahaan, ditambah lagi biaya perawatannya dirumah sakit yang belum lunas waktu itu. Mama juga sekarang harus bekerja keras dengan menjahit, demi kamu dan masa depanmu.” Imbuh mama yang semakin membuatku kesal.
“pokonya nggak mau tahu, besok pagi pas aku bangun bajunya harus udah siap. Titik!” tekanku, langsung masuk kamar.
“maafin mama nak, mama belum bisa bahagiakan kamu” lirih mama.
Tik..tik..tik. tengah malam begini, mataku masih enggan terpejam. Haus. Aku segera menuju dapur dan mengambil segelas air putih. Namun, sebelum kembali ke kamar, aku mendengar suara aneh di ruang tengah. Dengan hati-hati aku melihat keruangan itu. Ternyata mama, seketika senyumku mengembang karena mama tampak sedang membuat baju. Terlihat jelas, peluh menetes di kerut keningnya. Kulirik segelas air digenggaman tanganku. Ingin rasanya memberikan minum ini pada mama. Namun, segera kutepis keinginanku itu, mengingat aku masih marah padanya.
Keesokan paginya, dengan semangat aku langsung bangkit dari tempat tidur. Kubuka lemari bajuku dengan cepat, pasti bajunya sangat bagus. Pikirku. Senyumku memudar, baju yang kubayangkan tadi malam, ternyata tak seindah yang ada dipikiranku. Hanya gaun polos dengan tali pinggang dibelakangnya, tanpa bordiran sedikitpun.
“maa! Kesini cepetan” teriakku
“kenapa rin? Pagi-pagi udah teriak, nggak baik didengar tetangga” jelas mama.
“kenapa? Mama tanya kenapa? Lihat nih. Hasil jahitan mama, sangat memuakkan! Kalau nggak ikhlas, mending nggak usah dibuat.” Bentakku seraya melempar baju itu kemukanya.
“astaugfirullah nak, bahan bordiran mama sudah habis, mama belum belanja sebab pesanan jahitan akhir-akhir ini menurun”ucapnya menangis sesenggukan.
“aku nggak butuh ceramah dan tangisan mama. Yang aku mau sekarang gaun seperti pembelian papa” tegasku kembali memarahi mama.
“ririn cukup! “bentak mama seraya melayangkan tangannya kearahku.
“apa? Mama mau nampar aku? Tampar maa.. tampar! Aku sudah muak hidup seperti ini. Hidup dengan orang yang nggak berguna”
“maaf riin.. maaf, mama khilaf. Mama janji akan buatin baju yang lebih bagus untuk kamu” katanya memelukku
“mama nggak usah sentuh aku. Aku akan pergi dari sini” aku segera mendorong tubuhnya dan berlari keluar
“rin, ririin. Jangan tinggalin mama, nak. Mama janji akan menuruti semua permintaan kamu.”teriak mama. Namun tak kutanggapi sedikitpun.
Aku tak tau arah yang akan kutuju. Tiba-tiba terbesit dipikiranku ke rumah dila. Sahabatku. Karena hanya dia yang bisa menghiburku. Dan aku senang sekali, karena orangtua dila mengizinkanku tinggal disini, sebab mereka akan bekerja diluar kota. Tidak mungkin dila tinggal sendirian, meskipun ada pembantu, tapi dila butuh teman dirumahnya. Terkadang aku iri melihat dila. Anak tunggal seorang pengusaha sukses, hidup serba berkelebihan. Sedangkan aku? Sudahlah tak perlu kujelaskan. Semua sudah tahu..
Aku sangat bahagia tinggal disini. Hari, minggu, bulan, dan tahun, kulewati dengan penuh keceriaan. Orangtua dila membiayai sekolahku. Tentunya bukan disekolah lama, melainkan disekolah yang baru, tempat dila bersekolah. Aku benar-benar melupakan mama, aku sudah terlanjur membencinya. Wajar, anak mana yang tak sakit hati saat ibu kandungnya hendak menampar anak sendiri. Lebih baik aku disini, bersama keluarga baru, hidup mewah, dan serba ada.
Pagi ini sangat berbeda, biasanya tiap pagi aku dan dila jalan-jalan santai disekitar kompleks. Namun saat ini aku sangat ngantuk. Semalam perasaanku tak enak. Aku selalu kepikiran mama, sudah berkali-kali ku tepis, namun bayangan itu selalu ada. Akhirnya kuputuskan untuk membuat susu coklat di dapur. Saat hendak meminumnya. Aku teringat saat aku kecil dulu......
“ma, kenapa sih tiap pagi mama buatin ririn susu? Kan bosan ma, kalau ditambah pakai es boleh nggak ma?” tanyaku dengan polosnya.
“ya enggaklah sayang, susu itu bisa bikin kamu sakit. Kalau sakit kan mama sedih lihatnya. mending minum susu, biar cepat gede” ucap mama sambil mengelus rambutku.
“ooh, gitu ya ma. Oke deh. Ririn akan rajin minum susu, biar cepat gede dan bisa gantian jagain mama”
“bener nih mau jagain mama? Kamu kan manja sayang”ledek mama
“iih, mama. Aku kan nggak manja” ucapku manyun.
“hehe mama becanda kok nak, tapi janji yaa kamu selalu disamping mama sampai mama udah nggak ada disisi kamu lagi”
“janjiii!! “ semangatku seraya mengacungkan kelingking.
Praang!!
Tanpa kusadari gelas berisi susu coklat yang tadi kupegang, terjun bebas ke lantai. Akupun tersentak kaget.
“ya ampun, kamu kenapa rin? Sakit?”tiba-tiba dila datang.
“enggak kok La, maaf ya gelasnya jadi pecah” kataku merasa bersalah.
“udah, nggapapa. Oh iya, tadi ada telfon, nggak tahu dari siapa, tapi orang itu nanyain kamu” kata dila sambil membantuku memunguti satu-persatu pecahan gelas.
“makasih,La. Yaudah aku kedepan dulu ya” ujarku berlalu.
***
“hallo?” ucapku memulai.
“ya,hallo? Rin, ini ririn kan?” sahut orang diseberang sana.
“iya benar. Ini siapa ya?”
“ini tante rin, tante yarni”
“oh tante. Maaf, ada apa ya tan? Kalau mau bujuk aku untuk pulang, aku belum bisa tan”
“kali ini, tante mohon rin. Ini gawat. Ibu kamu dirumah sakit. Dia butuh kamu”
“hah? Dirumah sakit? Ibu kenapa tan?” tanyaku agak khawatir.
“ibu kamu korban tabrak lari saat di pasar tadi. Kondisinya parah, dia manggil-manggil nama kamu rin. Tente mohon kamu segera kerumah sakit”
“baik tante, ririn kesana” sahutku hampir tak terdengar.
Tuutt..
Segera ku tutup sambungan telfon itu, tubuhku melemas. Takut, gelisah, khawatir, gemetar, penyesalan...itulah yang kurasakan. Aku terduduk dilantai, menangis sejadi-jadinya. Saat itu juga dila datang. Aku menjelaskan semuanya. Atas perintah dila aku segera mengendarai mobilnya sendirian menuju rumah sakit, karena dila ada urusan.
Pikiranku benar-benar kacau, aku berusaha sekuat tenaga untuk menyetir. Di perjalanan, aku terus berdo’a berdo’a dan berdo’a. .
“ya allah jika engkau ingin mengambilnya, beri aku kesempatan satu tahun untuk membahagiakannya. Agar aku bisa menebus dosa-dosaku sebelum ia tiada” tangisku dalam hati.
Setengah perjalanan, ban mobil yang kubawa tiba-tiba bocor. Akhirnya kuputuskan untuk naik angkutan umum. Aku terus mendesak supir agar lebih cepat. Dan aku terus berdo’a dalam ke khawatiran.
“ya allah, jika engkau tetap ingin mengambilnya. Beri aku kesempatan satu bulan untuk mengembalikan kebahagiannya”
Baru beberapa persimpangan terlewati...
“maaf mbak, hanya sampai disini. Di depan sangat macet. Saya harus buru-buru pulang, dan terpaksa putar arah” kata sang supir tiba-tiba.
Tak bisa berkata, dengan langkah gontai aku berjalan mencari jasa ojek. Lagi-lagi aku hanya bisa menangis dan berdo’a.
“ya allah jika mama harus kembali kesisimu. Beri waktu satu minggu bagiku agar mendapat maaf darinya” lirihku dengan derai air mata.
Mungkin allah benar-benar menghukumku, tak kudapati seorang pun tukang ojek. padahal hari-hari biasa sangat ramai. Dengan terengah-engah aku terus berlari sambil menangis. Tak ku pedulikan tatapan aneh orang-orang yang melihatku.
Poselku berdering. Ternyata dila.
“ha..hallo La?” ucapku terisak
“kamu udah dimana? Tante kamu tadi telfon, kok sampainya lama?”
“iya La, ini udah mau nyampe kok. Makasih ya informasinya” kataku berbohong. Padahal masih jauh. Aku tak mau dila khawatir. Dia terlalu sering menolongku. Kututup telfon. Tangisku kembali pecah. Ponsel yang masih ku genggam terlihat basah karna air mata. Aku terus berharap..
“ya allah, tak bisa kah engkau memberiku waktu satu hari saja. Takkan ku sia-siakan itu ya allah.”
Kaki ini sudah mulai membengkak. Panasnya aspal tak dapat ku elakkan. Bagaimana lagi, ini untuk menebus salahku. Aku berlari sekuat tenaga, ponselku berdering sedari tadi. Aku tahu itu pasti dila. Atau mungkin tante? Ah, tidak. Ia tidak pernah tahu nomorku.
RS. Kasih bunda
Aku berdiri di pagar rumah sakit ini. Memandang sekeliling, mengatur nafas yang terengah-engah. Tangan dan kaki bergetar. Aku dapat merasakan panggilan mama, yang selalu terngiang di telingaku.
“ya allah, aku dapat merasakan bahwa ia akan pergi jauh. Pergi menuju sisimu. Berilah waktu satu jam, meskipun aku hanya mendapat satu kali belaian dari mama” bulir-bulir airmata itu kembali jatuh.
Seseorang memanggilku, ternyata tante. Mungkin ia sudah menunggu sejak tadi. Kupeluk dia, dan aku meminta maaf, menangis sejadi-jadinya di depan orang yang hampir mirip dengan mama ini. Tante menenangkanku dan menuntunku menuju ruang rawat mama.
Kini, kami berdiri tepat didepan pintu. Terdengar jelas jerit kesakitan dari sosok yang sangat kurindukan. Sakit..sungguh sakiitt hati ini. Coba bayangkan. Mama, sosok yang kalian sayangi, lalu kalian sakiti, kini menjerit kesakitan. Apa kalian bisa tenang? Tentu menyesal. Begitupun aku,,
Dari jeritannya aku yakin ini tak bertahan lama, tanganku memegang kuat gagang pintu. Aku memejamkan mata, menahan derasnya tangis, haruskah aku kehilangan orang yang kucinta dan mencintaiku untuk yang ke-dua kalianya. Cukup kematian papa membuatku kesepian, apa nantinya aku bisa bertahan saat mama juga pergi meninggalkanku? Ya allah.. kuatkan aku.
“jika hari ini ia harus pergi, satu menit cukup bagiku ya allah, mengucapkan kata maaf dan kata sayang ku padanya. Mohon beri aku kesempatan itu.” Akupun membuka pintu..
Segera ku peluk erat tubuhnya yang terbaring lemah. Kucium kakinya, tempat surgaku berada.
“rii..ri.rin” dengan terbata-bata mama memanggilku. Kembali kupeluk dia, dan menangis di pelukannya.
“ma, maafin ririn. Maaf udah nyakitin mama, ririn sayang mama, jangan tinggalin ririn ma” isakku tak tertahankan.
“mama sangat menyayangimu..melebihi apapun” tiba-tiba tanganya melemas dan tak lagi memelukku.
Ya allah, engkau benar-benar mengambilnya.. hamba sangat menyesal..
*flashback off*
“doorr!”
“dor. Eh dor.. iih dila ngagetin aja”latahku saat dikagetkan oleh dila, dasarnya memang usil.
“kamu sih, melamun aja. Udah setengah enam loh, mau magrib pula, entar kesambet” ledeknya
“siapa juga yang ngelamun” dustaku
“kalau nggak ngelamun, kok nggak nyahut pas mamaku manggil-manggil dari tadi” kata dila yang membuatku sedikit bingung.
“ooh.hehe sory” ucapku cengengesan
“tuh kan, ketahuan bohongnya. Pasti mikiran mama kamu lagi ya? Udah jangan terlalu jadi beban pikiran. Kan kamu udah janji nggak sedih lagi, asalkan para orangtua yang tinggal disini merasa senang,kamu pasti senang, karna itu sama aja seperti kamu ngebahagiain orangtua mu. Iya kan?” nasehat dila panjang lebar.
Aku hanya mengangguk. Benar kata dila, pikirku.
Aku sendiri yang meminta bekerja dipanti jompo ini, merawat orangtua yang tidak punya keluarga, atau sengaja ditinggalkan anak-anaknya. Aku merasa senang merawat mereka, penyesalanku dimasa lalu sedikit terobati. Dan disini aku akan mengabdikan dirku menjadi anak yang bisa membuat orangtuanya bahagia. Meski bukan orangtua kandung , tapi aku yakin papa dan mama bangga melihatku seperti ini.
“helloooww.. ririn armila! Buruaaan, mama aku udah nungguin dari tadi, mama mau ngajak kita dinner bareng. Malah bengong aja disitu.” Teriak dila. Sahabatku yang super bawel..ckckck
“eh iya, iya. Sory bos,haha” ucapku seolah memberi hormat.
Dila tertawa geli melihat tingkahku. Kamipun menuju ke taman, karena orangtua dila sudah menunggu kami disana.
Rinduku pada papa dan mama sedikit terobati jika berkumpul dengan keluarga dila. Aku merasa punya keluarga baru.
The end
@aisyah_risca
oh so sweet
BalasHapusini beneran yah?
Kisah Nyata Maksudnya? Bukan Kok, cuma imajinasi:)
HapusSihiii bagusnya..😙
BalasHapusMaacii de:*
HapusMaanfaatkan waktu bersama orang tua sebaik mungkin,karna kita gatau kapan kesempatan untuk bisa hidup bersama mereka akan berakhir:3
BalasHapusBaik banget ya keluaarganya dila, ya ampun *-*
Yap benarr!
HapusIyaa, baik banget. Kayak keluargaku,muehehee