BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Pendidikan
adalah suatu proses mentransfer ilmu dari pendidik kepada peserta didik. Ilmu
pengetahuan erat kaitannya dengan obyek pendidikan. Ilmu yang ditransfer
umumnya ilmu pengetahuan yang bersifat memberi pengetahuan peserta didik dengan
harapan peserta didik mampu mengetahui segala macam keadaan alam, sosial dan
kebudayaan yang ada di dunia. Misalnya pada pendidikan formal atau sekolah,
obyek utama dalam proses pendidikan adalah ilmu pengetahuan.
Kenapa
pendidikan itu disebut ilmu? Karena ilmu merupakan obyek utama dari pendidikan.
Tanpa ilmu, segala sesuatu tidak dapat berjalan dengan.misalnya, anak sejak
kecil dididik oleh orang tuanya kalau makan supaya menggunakan tangan kanan,
itulah yang dinamakan pendidikan dan makan menggunakan tangan kanan itulah yang
disebut ilmu karena kalau menggunakan tangan kiri tidak sopan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi pendidikan dan ilmu?
2. Bagaimana pendidikan dikatakan sebagai ilmu?
3. Apa saja sifat-sifat pendidikan sebagai ilmu?
4. Apa saja macam-macam ilmu pengetahuan?
5. Bagaimana ilmu pengetahuan berkembang?
6. Apa yang menjadi objek ilmu pengetahuan?
1.3 Tujuan penulisan
1. Untuk mengetahui dan memahami defenisi ilmu dan
pendidikan
2. Untuk mengetahui dan memahami sifat dan jenis ilmu
pengetahuan
3. Untuk menggambarkan bagaimana perkembangan ilmu
pengetahuan
4. Untuk mengetahui objek ilmu pengetahuan
BAB II
PEMBAHASAN
PENDIDIKAN
SEBAGAI SEBUAH ILMU
2.1Pendidikan Sebagai
Suatu Ilmu Dimensi Perspektif
Ilmu Pendidikan itu
suatu proses bantuan yang diberikan oleh orang dewasa kepada anak yang belum
dewasa untuk mencapai kedewasaannya, dan sebagai usaha manusia untuk menyiapkan
dirinya ke kehidupan yang bermakna. Atau juga bisa diartikan suatu usaha yang
dilakukan orang dewasa dalam situasi pergaulan dengan anak-anak melalui proses
perubahan yang dialami anak-anak dalam bentuk pembelajaran atau pelatihan dan
perubahan itu meliputi pemikiran, perasaan dan keterampilan.
Menurut definisi
psikologi : pendidikan yaitu mencakup segala perubahan yang terjadi sebagai
konsekuensi atau akibat dari partisipasi individu dalam kegiatan belajar.
Pada dasarnya
pendidikan erat kaitannya dengan ilmu karena objek utama pendidikan adalah
ilmu. Ilmu pendidikan yaitu teori pendidikan, perenungan tentang pendidikan.
Dalam arti luas, ilmu pendidikan yaitu ilmu pengetahuan yang mempelajari
soal-soal yang timbul dalam praktek pendidikan.
Untuk mencapai status
sebagai ilmu pengetahuan ada beberapa syarat yang harus dipenuhi. Menurut
Prof.J.R. Pudjawijatno, 1960 : 9 syarat-syarat tersebut ialah:
1. Mengejar kebenaran
(obyektivitas)
Objek dalam dunia ilmu
pengetahuan di bedakan menjadi dua, yaitu objek formal dan objek material.
Objek formal adalah sudut tinjauan dari penelitian atau pembicaraan suatu ilmu
pengetahuan. Sedangkan objek material adalah bahan atau masalah yang menjadi
pembicaraan atau penelitian dari suatu ilmu pengetahuan. Sebagai contoh dari
objek formal adalah sosiologi dan psikologi yang dapat mempunyai objek material
yang sama yakni manusia.
2. Metode
Setiap ilmu pengetahuan
harus di syaratkan mempunyai metode penelitian yaitu cara-cara yang dapat di
pertanggungjawabkan secara ilmiah baik metode pengumpulan keterangan atau data
ataupun metode metode pengolahan dengan pola pikir yang induktif atau deduktif.
3. Bersistem
Merupakan persyaratan
ilmu pengetahuan yang otonom. Maksudnya merupakan uraian sejumlah komponen atau
unsur yang berkaitan satu dengan lainya menurut susunan tetentu sehingga
merupakan satu kesatuan yang berfungsi untuk mencapai suatu tujuan.
Ahmad sanusi (1989)
mengatakan ilmu pendidikan di tanah air dewasa ini masih dalam proses
perkembangan yang belum lengkap dan bulat. Kalaupun ada konsep pendidikan yang
dibuat oleh dewantara, namun tidak mendapat pengembangan dalam arti penelaah empiris, sehingga belum
dapat dikatakan ilmu.
1.
Sifat Pendidikan
Sebagai Suatu Ilmu
Pendidikan
merupakan salah satu faktor penting yang dapat digunakan merealisasikan
bakat-bakat yang dibawa manusia sejak lahir (talenta, teori konvergensi),
sehingga manusia mempunyai keterampilan yang dapat digunakan untuk menghidupi
dirinya (profesi). Pendidikan dalam arti luas tidak hanya bersifat klasikal
(formal) tetapi juga bersifat non klasikal (non formal), keduanya harus
terpadu, saling mengisi kontinyu, tidak pernah berhenti sampai akhir hayat.
Ilmu
adalah pengetahuan yang telah diuji kebenarannya, dan membahas tentang hal-hal
yang dapat diamati (observabel).
Pada
dasarnya ilmu dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Ilmu Murni : Ilmu
yang membahas/mendalami ilmu itu sendiri. Dalam pendidikan ilmu murni akan
tampak dari adanya usaha membahas teori – teori pendidikan secara dalam (sampai
tingkat elementer-atomistik)
b. Ilmu Terapan : Ialah
usaha-usaha menerapkan dalam kegiatan proses kehidupan (sebagai alat yang
memudahkan kehidupan). Dalam kegiatan proses pendidikan menggunakan bantuan
teori dan pendidikan dalam mengatasi masalah – masalah anak didik tidak
terkecuali pendidikan memerlukan ilmu murni lain seperti : psokologi,
matematika, biologi, untuk proses pendidikan. Jadi dapat dikatakan bahwa ilmu
pendidikan tidak dapat berdiri sendiri.
2.
Sifat-Sifat
Pendidikan sebagai Suatu Ilmu
·
Normatif:
memiliki ciri – ciri dasar/aturan yang mendukung aturan – aturan dasar yang
sudah baku. Contoh : melestarikan budaya bangsa melalui pembinaan budaya –
budaya daerah yang bersifat positif.
·
Deskriptif :
menggambarkan seluruh peristiwa belajar dengan tepat/tidak dimanipulasi dari
mulai siapa siswa, apa yang telah diajarkan sampai nilai yang diberikan harus
betul – betul menggambarkan perolehan hasil belajar anak.
·
Teoritis,
mengkaji bidang keilmuannya secara luas (profesional) sampai hal – hal yang
sekecil – kecilnya (atomistik).
·
Praktis/terapan,
teori – teori yang dikaji digunakan untuk melancarkan proses pendidikan.
a) Ilmu
Pendidikan sebagai Ilmu yang Bersifat Deskriptif-Normatif
Nilai-nilai
yang dijunjung tinggi dalam pandangan manusia itulah yang dijadiakn norma atau
kriteria untuk mendidik. Norma ini biasanya tergambar dalam rumusan tujuan
pendidikannya. Ilmu pendidiakn diarahkan pada perbuatan mendidik yang
bertujuan, sedangkan nilai merupakan ukuran bersifat normatis, sehingga
ditegaskan bahwa ilmu pendidikan bersifat deskriptif-normatif.
b) Ilmu
Pendidikan sebagai Ilmu yang Bersifat Teoretis dan Praktis-Pragmatis
Pada
zaman nasionalisme pendidikan sebagai ilmu mulai muncul. Zaman ini dikatakan
sebagai kebangkitan ilmu pendidikan, sebab komponen-komponen ilmu mulai lengkap.
Ilmu pendidikan telah memisahkan diri secara sempurna dari induknya yaitu
filsafat. Salah satu tokoh yang sangat terkenal ialah Johann Gottlieb Fichate
yang hidup pada Tahun 1762-1814.
3.
Pendidikan Sebagai Suatu Sistem
Pendidikan merupakan suatu usaha untuk mencapai suatu tujuan pendidikan.
Suatu usaha pendidikan menyangkut tiga unsur pokok yaitu unsur input, unsur
proses usaha itu sendiri, dan output.Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan
(1979) menjelaskan bahwa pendidikan merupakan suatu sistem yang mempunyai unsur-unsur tujuan sasaran pendidikan,
peserta didik, pengelola pendidikan, struktur atau jenjang, kurikulum dan
fasilitas. Setiap sistem pendidikan ini saling mempengaruhi.
Definisi sistem yang terkait dengan pendidikan nasional tercantum dalam
UU No.20 Tahun 2003 yang menyatakan bahwa ”Sistem pendidikan nasional adalah
keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait secara terpadu untuk
mencapai tujuan pendidikan nasional. Dalam suatu system terdapat :
1.
Komponen yang dapat dikenali
2.
Komponen saling terkait secara teratur
3.
Komponen saling ketergantungan satu sama lain
Mekanisme antar saling komponen terkait dan
merupakan satu kesatuan organisasi
4.
Kesatuan Organisasi
Berfungsi Dalam Mencapai Tujuan.
Pada umumnya, system dibedakan menjadi dua macam,
yaitu sistem terbuka ( system berhubungan dengan lingkunganya, komponen
dibiarkan berhubunagn dengan komponen luar) dan sistem tertutup (semua komponen
terisolasi dai pengaruh luar).
Proses pendidikan berlangsung jika komponen dalam
system bergerak dan saling terkait. Selain itu, hubungannya harus bersifat
fungsional dan merupakan satu kesatuan dalam mencapai tujuan. Oleh karena itu,
setiap komponen yang terdapat di daam sistem pendidikan seluruhnya harus dapat
berfungsi sesuai porsinya.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1979)
menjelaskan pula bahwa, “Pendidikan merupakan suatu sistem yang mempunyai
unsur-unsur tujuan/sasaran pendidikan, peserta didik, pengelola pendidikan,
struktur/jenjang. Kurikulum dan peralatan/fasilitas. P.H. Combs (1982)
mengemukakan dua belas komponen pendidikan seperti berikut:
a. Tujuan dan Prioritas
Fungsinya
mengarahkan kegiatan sistem. Hal ini merupakan informasi tentang apa yang
hendak dicapai oleh sistem pendidikan dan urutan pelaksanaannya.
b. Peserta Didik
Fungsinya ialah
belajar. Diharapkan peserta didik mengalami proses perubahan tingkah laku
sesuai dengan tujuan umum pendidikan.
c. Manajemen atau Pengelolaan
Fungsinya mengkoordinasikan,
mengarahkan, dan menilai sistem pendidikan. Komponen ini bersumber pada sistem
nilai dan cita-cita yang merupakan informasi tentang pola kepemimpinan dalam
pengelolaan sistem pendidikan.
d. Struktur dan Jadwal Waktu
Fungsinya
mengatur pembagian waktu dan kegiatan.
e. Isi dan Bahan Pengajaran
Fungsinya untuk
menggambarkan luas dan dalamnya bahan pelajaran yang harus dikuasai peserta
didik.
f. Guru dan Pelaksana
Fungsinya
menyediakan bahan pelajaran dan menyelenggarakan proses belajar untuk peserta
didik.
g. Alat Bantu Belajar
Fungsinya untuk
memungkinkan terjadinya proses pendidikan yang lebih menarik dan lebih
bervariasi.
h. Fasilitas
Fungsinya untuk
tempat terselenggaranya proses pendidikan.
i. Teknologi
Fungsinya
memperlancar dan meningkatkan hasil guna proses pendidikan. Yang dimaksud
dengan teknologi ialah semua teknik yang digunakan sehingga sistem pendidikan
berjalan dengan efisien dan efektif.
j. Pengawasan Mutu
Fungsinya
membina peraturan-peraturan dan standar pendidikan.
k. Penelitian
Fungsinya untuk
memperbaiki dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan penampilan sistem
pendidikan.
l. Biaya
Fungsinya
melancarkan proses pendidikan dan menjadi petunjuk tentang tingkat efesiensi
sistem pendidikan.
Pendidikan sebagai suatu sistem dapat pula
digambarkan dalam bentuk model dasar input-output berikut ini.Segala sesuatu
yang masuk dalam sistem dan berperan dalam proses pendidikan disebut masukan
pendidikan. Lingkungan hidup menjadi sumber masukan pendidikan. Faktor-faktor
yang berpengaruh dalam pendidikan diantaranya: filsafat negara, agama, sosial,
kebudayaan, ekonomi, politik, dan demografi. Ketujuh faktor ini merupakan supra
sistem pendidikan.Jadi, pendidikan sebagai suatu sistem berada bersama,
terikat, dan tertenun di dalam supra sistemnya yang terdiri dari tujuh sistem
tersebut. Berarti membangun suatu lembaga pendidikan baru atau memperbaiki
lembaga pendidikan lama, tidak dapat memisahkan diri dari supra sistem
tersebut.
5.
Pendidikan Nasional
Sebagai Suatu Sistem
Menurut Undang-undang Republik Indonesia No. 2 Tahun
1989, tentang Sistem Pendidikan Nasional dikemukakan Pendidikan Nasional adalah
usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui bimbingan, pengajaran, dan
atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang.Sebagai suatu sistem,
pendidikan nasional mempunyai tujuan yang jelas, seperti yang dicantumkan pada
undang-undang pendidikan bahwa Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan
kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya, yaitu manusia yang
beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur,
memiliki pengetahuan dan ktrampilan, sehat jasmani dan rohani, berkepribadian
yang mantap dan mandiri serta bertanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
6.
Unsur-unsur
Pokok Sistem Pendidikan nasional
Kazik
(1969:1) mendefinisikan sistem sebagai "organisme yang dirancang dan
dibangun strukturnya secara sengaja, yang terdiri dari komponen-kumponen yang
berhubungan dan berinteraksi satu sama lain yang harus berfungsi sebagai suatu
kesatuan yang utuh untuk mencapai tujuan khusus yang telah ditetapkan
sebelumnya". Suatu sistem memiliki tiga unsur pokok: (1) tujuan, (2) isi
atau komponen, dan (3) proses. Kalau pendidikan
nasional kita benar-benar merupakan suatu sistem, maka ia setidak-tidaknya
memiliki tiga unsur pokok tersebut. Di samping itu, komponen-komponen sistem
tersebut harus berhubungan dan berinteraksi secara terpadu. Adapun komponen
pokok dalam sistem pendidikan yaitu : tujuan dan prioritas, anak didik ( siswa
), pengelolaan, struktur dan jadwal, isi kurikulum, pendidik (guru alat bantu
belajar, fasilitas, teknologi, pengawasan mutu, penelitian dan biaya.
7.
Realisasi Sistem
Pendidikan Nasional
Realisasi
pelaksanaan undang-undang mengenai sistem pendidikan nasional secara utuh akan
masih memerlukan waktu.
Perlu
disadari bahwa UU No. 20 Tahun 2003 tidak mungkin dapat mengatur semua kegiatan
pendidikan yang terjadi di lapangan. Undang-undang pendidikan nasional hanya
mampu memberikan arah, dan mem-berikan prinsip-prinsip dasar untuk menuju arah
tersebut, serta mengatur prosedurnya secara umum. Realitas pe1aksanan
pendidikan di lapangan akan banyak ditentukan oleh petugas yang berada di
barisan paling depan, yaitu guru, kepala sekolah dan tenaga-tenaga kependidikan
lainnya.
2.2 Macam-Macam Ilmu Pendidikan
Pengertian Ilmu Pendidikan
Ilmu pendidikan adalah ilmu yang mempelajari serta
memproses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam
usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran daan pelatihan, proses,
cara, perbuatan mendidik.
Pengertian ilmu pendidikan disampaikan oleh para pakar
:
1. Prof.
Dr. N. Driyarkara : pemikiran ilmiah tentang realitas yang kita sebut
pendidikan (mendidik dan dididik). Pemikiran ilmiah bersifat kritis, metodis,
dan sistematis.
2. Prof.
M. J. Langeveld : suatu ilmu yang bukan saja menelaah objeknya untuk mengetahui
betapa keadaanatau hakiki objek itu, melainkan mempelajari pula betapa
hendaknya bertindak. Objek Ilmu Pendidikan ialah proses-proses atau situasi
pendidikan.
3. Dr.
Sutari Imam Barnadib : ilmu pendidikan mempelajari suasana dan proses-proses
pendidikan. Menurutnya, perbuatan mendidik dan dididik memuat faktor-faktor
tertentu yang mempengaruhi dan menentukan:
·
adanya tujuan yang hendak dicapai
·
adanya subjek manusia
·
yang hidup bersama daalam lingkungan hidup tertentu
·
yang menggunakan alat-alat tertentu untuk mencapai
tujuan.
4. Prof.
Brodjonegoro : teori pendidikan, perenungan tentang pendidikan. Dalam arti yang
luas ilmu pendidikan adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari soal-soalyang
timbul dalam praktik pendidikan.
Macam-macam ilmu pendidikan
: Menurut Dra.
Nurhuda M.Pd (2015:37)
1. Ilmu Pendidikan
Teoritis
sebagai teori yaitu
seperangkat pengetahuan yang telah tersusun secara sistematis yang berfungsi
untuk menjelaskan, menggambarkan, meramalkan dan mengontrol berbagai gejala dan
peristiwa pendidikan, baik yang bersumber dari pengalaman-pengalaman pendidikan
(empiris) maupun hasil perenungan-perenungan yang mendalam untuk melihat makna
pendidikan dalam konteks yang lebih luas. Manfaat pendidikan teoritis:
·
Sebagai pedoman arah dan tujuan yang akan dicapai
·
Mengurangi kesalahan-kesalahan dalam praktik
pendidikan
·
Sebagai tolak ukur keberhasilan seseorang melaksanakan
tugas dalam pendidikan
2. Ilmu Pendidikan
Praktis
Menurut Redja M. Praktik
pendidikan adalah seperangkat kegiatan bersama yang bertujuan membantu pihak
lain agar mengalami perubahan tingkah laku yang diharapkan. Praktik pendidikan
dapat dilihat dari tiga aspek, yaitu aspek tujuan, aspek proses kegiatan, dan
aspek dorongan (motivasi). Tujuan praktik pendidikan adalah membantu pihak lain
mengalami perubahan tingkah laku fundamental yang diharapkan. Proses krgiatan:
seperangkat kegiatan social/bersama, usaha menciptakan peristiwa pendidikan dan
mengarahkannya, serta merupakan usaha secara sadar atau tidak sadar
melaksanakan prinsip-prinsip pendidikan. Dorongan (motivasi): untuk
melaksanakan praktik pendidikan muncul karna adanya kewajiban untuk mendorong
orang lain.
3. Ilmu Pendidikan
Sistematis.
Ilmu pendidikan sistematis
juga disebut ilmu pendidikan teoritis, adalah ilmu pendidikan yang menguraikan
masalah teori-teori yang digunakan sebagai landasan melaksanakan pendidikan.
Jadi ilmu pendidikan teoritis merupakan konsep-konsep tentang teori yang
digunakan sebagai landasan dalam melaksanaka pendidikan.
4. Ilmu Pendidikan
Historis.
Usaha-usaha pendidikan itu
telah terdapat semenjak dahulu kala. Usaha-usaha ini berjalan terus menerus
sampai sekarang. Perkembangan usaha-usaha pendidikan ini sangat perlu diketahui
dan dikaji untuk dicari manfaatnya bagi usaha pendidikan dimasa sekarang.
Pengkajian atau studi tentang usaha-usaha pendidikan dimasa lampau itu,
dilakukan oleh ilmu pendidikan historis.
5. Ilmu Pendidikan
Komparatif.
Setiap negara di dunia ini
pasti melaksanakan usaha-usaha pendidikan. Uraian tentang usaha-usaha
pendidikan yang terdapat di negara-negara di dunia ini dihipun dalam ilmu
pendidikan komparatif. Jadi tugas ilmu pendidikan komparatif itu adalah
melaksanakan komparatif antara usaha-usaha pendidikan yang terdapat di negara
atau negara-negara lain.
6. Ilmu Pendidikan
Sosial.
Pendidikan Sosial itu adalah
suatu usaha membimbing seorang individu agar dapat hidup serasi dengan
masyarakatnya dan dapat mengambil atau melaksanakan usaha-usaha demi
kemajuannya itu. Seperti diktahui, setiap individu itu mempunyai dua aspek,
yaitu aspek individu dan aspek sosial, maka ilmu pendidikan sosial inilah yang
memperhatikan aspek sosialnya itu.
7. Ilmu Pendidikan
Nasional .
Adapun definisinya adalah pendidikan yang dilakukan oleh sesuatu bangsa
dan demi kepentingan kebangsaan itu sendiri. Uraian tentang pendidikan
nasional, diberikan di dalam ilmu pendidikan nasional, Uraian itu biasanya
meliputi masalah :Filsafatnya,Dasar dan
tujuannya, Administrasi dan
pendidikannya, Organisasi
sekolah sertaSejarahnya. http://bagoes1st.blogspot.co.id/2013/12/pengantar-pendidikan-macam-macam-ilmu.html
2.3 Perkembangan Ilmu Pengetahuan
Pada
awalnya yang pertama muncul adalah filsafat dan ilmu-ilmu khusus merupakan
bagian dari filsafat. Sehingga dikatakan bahwa filsafat merupakan induk atau
ibu dari semua ilmu (mater scientiarum). Karena objek material
filsafat bersifat umum yaitu seluruh kenyataan, pada hal ilmu-ilmu membutuhkan
objek khusus. Hal ini menyebabkan berpisahnya ilmu dari filsafat.
Meskipun
pada perkembangannya masing-masing ilmu memisahkan diri dari filsafat, ini
tidak berarti hubungan filsafat dengan ilmu-ilmu khusus menjadi terputus.
Dengan ciri kekhususan yang dimiliki setiap ilmu, hal ini menimbulkan
batas-batas yang tegas di antara masing-masing ilmu. Dengan kata lain tidak ada
bidang pengetahuan yang menjadi penghubung ilmu-ilmu yang terpisah. Di sinilah
filsafat berusaha untuk menyatu padukan masing-masing ilmu. Tugas filsafat
adalah mengatasi spesialisasi dan merumuskan suatu pandangan hidup yang
didasarkan atas pengalaman kemanusian yang luas.
Ada
hubungan timbal balik antara ilmu dengan filsafat. Banyak masalah filsafat yang
memerlukan landasan pada pengetahuan ilmiah apabila pembahasannya tidak ingin
dikatakan dangkal dan keliru. Ilmu dewasa ini dapat menyediakan bagi filsafat
sejumlah besar bahan yang berupa fakta-fakta yang sangat penting bagi
perkembangan ide-ide filsafati yang tepat sehingga sejalan dengan pengetahuan
ilmiah (Siswomihardjo, 2003).
Dalam
perkembangan berikutnya, filsafat tidak saja dipandang sebagai induk dan sumber
ilmu, tetapi sudah merupakan bagian dari ilmu itu sendiri, yang juga mengalami
spesialisasi. Dalam taraf peralihan ini filsafat tidak mencakup
keseluruhan, tetapi sudah menjadi sektoral. Contohnya filsafat
agama, filsafat hukum, dan filsafat ilmu adalah bagian dari perkembangan
filsafat yang sudah menjadi sektoral dan terkotak dalam satu bidang tertentu.
Dalam konteks inilah kemudian ilmu sebagai kajian filsafat sangat relevan untuk
dikaji dan didalami (Bakhtiar, 2005). http://monaliasakwati.blogspot.co.id/2011/03/perkembangan-ilmu-pengetahuan.html
Definisi
Ilmu Pengetahuan
Membicarakan masalah ilmu
pengetahuan beserta definisinya ternyata tidak semudah dengan yang
diperkirakan. Adanya berbagai definisi tentang ilmu pengetahuan ternyata belum
dapat menolong untuk memahami hakikat ilmu pengetahuan itu. Sekarang orang
lebih berkepentingan dengan mengadakan penggolongan (klasifikasi) sehingga
garis demarkasi antara (cabang) ilmu yang satu dengan yang lainnya menjadi
lebih diperhatikan.
Pengertian
ilmu yang terdapat dalam kamus Bahasa Indonesia
adalah pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut
metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu
(Admojo, 1998). Mulyadhi Kartanegara mengatakan ilmu adalah any
organized knowledge. Ilmu dan sains menurutnya tidak berbeda, terutama
sebelum abad ke-19, tetapi setelah itu sains lebih terbatas pada bidang-bidang
fisik atau inderawi, sedangkan ilmu melampauinya pada bidang-bidang non fisik,
seperti metafisika.
Adapun beberapa definisi ilmu
menurut para ahli seperti yang dikutip oleh Bakhtiar tahun 2005
diantaranya adalah :
· Mohamad
Hatta, mendefinisikan ilmu adalah pengetahuan yang teratur tentang pekerjaan
hukum kausal dalam suatu golongan masalah yang sama tabiatnya, maupun menurut
kedudukannya tampak dari luar, maupun menurut bangunannya dari dalam.
· Ralph
Ross dan Ernest Van Den Haag, mengatakan ilmu adalah yang empiris, rasional,
umum dan sistematik, dan ke empatnya serentak.
· Karl
Pearson, mengatakan ilmu adalah lukisan atau keterangan yang komprehensif dan
konsisten tentang fakta pengalaman dengan istilah yang sederhana.
· Ashley
Montagu, menyimpulkan bahwa ilmu adalah pengetahuan yang disusun dalam satu
sistem yang berasal dari pengamatan, studi dan percobaan untuk menentukan
hakikat prinsip tentang hal yang sedang dikaji.
· Harsojo
menerangkan bahwa ilmu merupakan akumulasi pengetahuan yang disistemasikan dan
suatu pendekatan atau metode pendekatan terhadap seluruh dunia empiris yaitu
dunia yang terikat oleh faktor ruang dan waktu, dunia yang pada prinsipnya
dapat diamati oleh panca indera manusia. Lebih lanjut ilmu didefinisikan
sebagai suatu cara menganalisis yang mengijinkan kepada ahli-ahlinya untuk
menyatakan suatu proposisi dalam bentuk : “ jika .... maka “.
· Afanasyef,
menyatakan ilmu adalah manusia tentang alam, masyarakat dan pikiran. Ia
mencerminkan alam dan konsep-konsep, katagori dan hukum-hukum, yang
ketetapannya dan kebenarannya diuji dengan pengalaman praktis.
Berdasarkan definisi di atas
terlihat jelas ada hal prinsip yang berbeda antara ilmu dengan pengetahuan.
Pengetahuan adalah keseluruhan pengetahuan yang belum tersusun, baik mengenai
matafisik maupun fisik. Dapat juga dikatakan pengetahuan adalah informasi yang
berupa common sense, tanpa memiliki metode, dan
mekanisme tertentu. Pengetahuan berakar pada adat dan tradisi yang menjadi
kebiasaan dan pengulangan-pengulangan. Dalam hal ini landasan pengetahuan
kurang kuat cenderung kabur dan samar-samar. Pengetahuan tidak teruji karena
kesimpulan ditarik berdasarkan asumsi yang tidak teruji lebih
dahulu. Pencarian pengetahuan lebih cendrung trial and error dan
berdasarkan pengalaman belaka (Supriyanto, 2003).
Pembuktian kebenaran
pengetahuan berdasarkan penalaran akal atau rasional atau menggunakan logika
deduktif. Premis dan proposisi sebelumnya menjadi acuan berpikir rasionalisme.
Kelemahan logika deduktif ini sering pengetahuan yang diperoleh tidak sesuai
dengan fakta.
Secara lebih jelas ilmu
seperti sapu lidi, yakni sebagian lidi yang sudah diraut dan dipotong ujung dan
pangkalnya kemudian diikat, sehingga menjadi sapu lidi. Sedangkan pengetahuan
adalah lidi-lidi yang masih berserakan di pohon kelapa, di pasar, dan tempat lainnya yang belum tersusun
dengan baik.
2.4 Objek Ilmu
Pengetahuan
Ilmu
adalah kumpulan pengetahuan. Namun bukan sebaliknya kumpulan ilmu adalah
pengetahuan. Kumpulan pengetahuan agar dapat dikatakan ilmu harus memenuhi
syarat-syarat tertentu. Syarat-syarat yang dimaksudkan adalah objek material
dan objek formal. Setiap bidang ilmu baik itu ilmu khusus maupun ilmu filsafat
harus memenuhi ke dua objek tersebut.
Objek material adalah sesuatu hal yang dijadikan sasaran pemikiran
(Gegenstand), sesuatu hal yang diselidiki atau sesuatu hal yang dipelajari.
Objek material mencakup hal konkrit misalnya manusia,tumbuhan, batu ataupun
hal-hal yang abstrak seperti ide-ide, nilai-nilai, dan kerohanian.
Objek formal adalah cara memandang, cara meninjau yang dilakukan
oleh peneliti terhadap objek materialnya serta prinsip-prinsip yang
digunakannya. Objek formal dari suatu ilmu tidak hanya memberi keutuhan suatu
ilmu, tetapi pada saat yang sama membedakannya dari bidang-bidang yang lain.
Satu objek material dapat ditinjau dari berbagai sudut pandangan sehingga
menimbulkan ilmu yang berbeda-beda (Mudhofir, 2005).
Ilmu bukan sekedar
pengetahuan (knowledge), tetapi merangkum sekumpulan pengetahuan berdasarkan
teori-teori yang disepakati dan dapat secara sistematik diuji dengan
seperangkat metode yang diakui dalam bidang ilmu tertentu. Dipandang dari sudut
filsafat, ilmu terbentuk karena manusia berusaha berfikir lebih jauh mengenai
pengetahuan yang dimilikinya. Ilmu pengetahuan adalah produk dari epistemologi.
Contoh: Ilmu Alam hanya
bisa menjadi pasti setelah lapangannya dibatasi ke dalam hal yang bahani (materiil
saja) atau ilmu psikologi hanya bisa meramalkan perilaku manusia jika membatasi
lingkup pandangannya ke dalam segi umum dari perilaku manusia yang kongkrit.
Berkenaan dengan contoh ini, ilmu-ilmu alam menjawab pertanyaan tentang berapa
jauhnya matahari dari bumi, atau ilmu psikologi menjawab apakah seorang pemudi
sesuai untuk menjadi perawat.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Ilmu Pendidikan itu
suatu proses bantuan yang diberikan oleh orang dewasa kepada anak yang belum
dewasa untuk mencapai kedewasaannya, dan sebagai usaha manusia untuk menyiapkan
dirinya ke kehidupan yang bermakna.
Pendidikan merupakan suatu usaha untuk
mencapai suatu tujuan pendidikan. Suatu usaha pendidikan menyangkut tiga unsur
pokok yaitu unsur input, unsur proses usaha itu sendiri, dan output.Depertemen
Pendidikan dan Kebudayaan (1979) menjelaskan bahwa pendidikan merupakan suatu
sistem yang mempunyai unsur-unsur tujuan
sasaran pendidikan, peserta didik, pengelola pendidikan, struktur atau jenjang,
kurikulum dan fasilitas. Setiap sistem pendidikan ini saling mempengaruhi.
Pada
awalnya yang pertama muncul adalah filsafat dan ilmu-ilmu khusus merupakan
bagian dari filsafat. Sehingga dikatakan bahwa filsafat merupakan induk atau
ibu dari semua ilmu (mater scientiarum). Karena objek material
filsafat bersifat umum yaitu seluruh kenyataan, pada hal ilmu-ilmu membutuhkan
objek khusus. Hal ini menyebabkan berpisahnya ilmu dari filsafat.
3.2 SARAN
Saran yang bersifat
membangun kami harapkan demi perbaikan dan kesempurnaan makalah ini. Bagi para
pembaca dan teman-teman lainnya, jika ingin manambah wawasan maka kami harapkan
dengan rendah hati agar membaca buku-buku ilmiah dan buku alamiah dasar lainnya
yang berkaitan dengan Pendidikan Sebagai Sebuah ilmu.
0 komentar:
Posting Komentar
:)